Halaman

Sabtu, 06 Juni 2009

Biola Istriku


Istriku...mainkanlah biola itu
Antar mimpi-mimpi kita pada nada
Geseklah sepenuh jiwa hingga lahir melody
hidup bersama rentak irama
kita berpacu waktu
langkah-langkah tak kunjung sampai

Istriku... petikan biolamu telah merenggut jiwa
Saat nafas memburu dan keringat bercucuran
Teruslah menggeseknya sampai
mataku terpejam-pejam...

Pertemuan

Pertemuan itu akhirnya berbuah kerinduan
Di ladang-ladang jiwa gelisah menunggu hujan
Wahai angin tolong sampaikan kepada awan
Di langit manakah embun kau sembunyikan
Adakah air yang kau curahkan
Mengalahkan laut rinduku padamu

Mei 2009

Reportase Sang Maestro (Naskah Drama)


Puluhan wartawan menunggu kedatangan Sang Maestro yang bakal diperiksa di Badan Penyidik Dunia Akhirat. Sebagian ada yang asyik ngobrol, ada yang sibuk mengelap kamera, memasang tripod, dan beberapa di antaranya yang memberikan laporan secara langsung.

Reporter Wow TV : Baiklah...pemirsa Wow TV di se-antero jagad raya. Saat ini dapat saya laporkan, suasana di depan ruang pemeriksaan Badan Penyidik Dunia Akhirat sudah dipenuhi oleh puluhan wartawan. Para pemburu berita ini sedang bersiap-siap menunggu kedatangan Sang Maestro, yang dikabarkan akan menjalani pemeriksaan di Lembaga Penegak Hukum tertinggi di jagad raya ini. Konon kabarnya, Sang Maestro diperiksa karena diduga telah melakukan penggelapan.

Saat Reporter Wow TV menyampaikan laporan, muncul suara, seolah datang dari Studio.

Suara dari Studio : Halo rekan Bagas. Mungkin dapat anda jelaskan lebih rinci mengenai dugaan penggelapan yang dilakukan Sang Maestro?

Reporter Wow TV : Baik…Dita. Sampai sejauh ini juru bicara Badan Penyidik Dunia Akhirat belum memberikan keterangan resmi kepada media massa. Namun dari isu yang berkembang dari berbagai sumber yang layak dipercaya, yang jelas Sang Maestro terlibat dalam kasus penggelapan.

Suara dari Studio : Halo…halo.. rekan Bagas.(pura-pura komunikasi terputus) Apakah anda dapat mendengar suara dari Studio

Reporter Wow TV : Iya Dita..silakan…silakan…tadi
memang ada sedikit gangguan. Tapi sekarang sudah bisa dilanjutkan….silakan Dita

Suara dari Studio : Begini rekan Bagas. Informasi penggelapan yang dilakukan Sang Maestro ini tampaknya masih samar-samar. Mungkin anda perlu menggali lebih dalam lagi, mungkin bentuk atau jenis penggelapan apa yang telah dilakukan Sang Maestro. Sebab yang namanya penggelapan itu bisa bermacam-macam versi, seperti mematikan lampu bisa dikatakan penggelapan, kemudian lempar batu sembunyi tangan, menggunting dalam lipatan, musuh dalam selimut, dan berladang di punggung kawan. Semua istilah itu dapat dikatakan penggelapan.

Reporter Wow TV : Terima kasih Dita atas saran-sarannya. Memang sejauh ini informasi yang berhasil dihimpun mengenai pemeriksaan Sang Maestro masih sangat dangkal. Kami hanya mengandalkan bisik-bisik tetangga di sekitar Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat ini. Meski demikian…pemirsa…kami akan tetap menyajikan berita-berita terkini dan terhangat ke hadapan anda.

Suara dari Studio : Oh iya.. rekan Bagas. Apakah anda sudah mendapat informasi kesediaan Sang Masestro untuk datang menghadapi pemeriksaan di Badan Penyidik Dunia Akhirat pada hari ini?

Reporter Wow TV : Baik…Dita. Ajudan Sang Maestro Prof, DR, Ir. Drs. Tralala Tralili SH, MA, M.Hum. MSc, yang membidangi masalah kehumasan…. tadi telah memastikan kehadiran Sang Maestro ke sejumlah wartawan. Saat ini Sang Maestro sedang dalam perjalanan. Diperkirakan sekitar lima atau sepuluh menit lagi beliau bakal sampai di Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat ini. Saya kira cukup sekian dulu laporan saya dari Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat. Demikian Dita

Suara dari Studio : Terima kasih rekan Bagas. Baik pemirsa Wow TV di se-antero jagad raya. Demikian tadi laporan langsung dari Reporter kami, Bagas..yang saat ini sedang mengikuti jalannya pemeriksaan Sang Maestro di Badan Penyidik Dunia Akhirat. Jangan ke mana-mana.. kita nantikan laporan selanjutnya.

Sementara itu, reporter dari stasiun TV lainnya juga sedang bersiap-siap melaporkan hasil pantauannya secara langsung mengenai pemeriksaan Sang Maestro di Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat


Reporter TV Angin Ribut : Pemirsa TV Angin Ribut di manapun anda berada. Terima kasih atas kesetiaan anda mengikuti program-program pemberitaan kami, yang tentunya lebih actual, tajam dan terpercaya dibanding stasiun TV lainnya. Baik…saat ini saya sedang berada di Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat guna memantau secara langsung proses pemeriksaan Sang Maestro. Seperti yang terlihat di layar kaca anda, puluhan wartawan termasuk petugas pengamanan sedang bersiap-siap menunggu kedatangan Sang Maestro. Selain itu pemirsa, ratusan masyarakat juga berdatangan ke gedung ini.(kamera dialihkan shoot ke arah penonton). Kehadiran masyarakatnya ini tampaknya terpecah menjadi dua kelompok. (Sambil berjalan ke arah penonton diikuti shoot kamera) Di sebelah kiri saya ini merupakan masyarakat yang sengaja datang untuk memberikan dukungan moral kepada Sang Maestro. Sedangkan kelompok di sebelah kanan ini merupakan kelompok masyarakat yang mendukung Badan Penyidik Dunia Akhirat memeriksa Sang Maestro.

Suara dari Studio : Halo Bung Syaiful..mungkin dapat anda jelaskan mengenai latar belakang pemeriksaan Sang Maestro oleh Badan Penyidik Dunia Akhirat.

Reporter TV Angin Ribut : Oh iya saudari Meli. Menurut kabar yang disampaikan angin berhembus, Sang Maestro dinyatakan tersangkut kasus penggelapan suara. Akibatnya banyak warga Jagad Raya kini hanya bisa membisu, tidak bisa berbicara sepatahpun karena suara mereka telah digelapkan oleh Sang Maestro pada pemilihan raya yang telah dilaksanakan bulan lalu.

Suara dari Studio : Baik Bung Syaiful. Tampaknya proses pemeriksaan Sang Maestro di Badan Penyidik Dunia Akhirat semakin ramai. Mungkin anda dapat menanyakan komentar sejumlah warga yang berada di sekitar Gedung itu…

Reporter TV Angin Ribut : Baik Meli. Pemirsa TV Angin Ribut di manapun anda berada. Saat ini di sebelah saya sudah ada seorang warga yang sengaja datang ke Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat guna mengikuti proses pemeriksaan Sang Maestro. Untuk itu mari kita dengarkan komentarnya…

Sambil mengarahkan kamera dan mikrofon kepada seseorang yang berada di antara penonton

Reporter TV Angin Ribut : Halo Pak…apa khabar…siapa namanya Pak?

Sambil bersalaman. Namun yang ditanya hanya diam. Reporter TV Angin Ribut mengulangi lagi pertanyaannya

Reporter TV Angin Ribut : Halo Pak…apa khabar…siapa namanya Pak? (Agak terdiam dan bingung) baik …bagaimana komentar Bapak terhadap proses pemeriksaan Sang Maestro ini…

Yang ditanya hanya tersenyum lagi. Kemudian menjawab dengan bahasa isyarat. Reporter TV Angin Ribut kebingungan

Reporter TV Angin Ribut : Maaf pemirsa, ternyata dalam proses tanya jawab ini kita butuh seorang alih bahasa. Sebentar…oi siapa yang paham bahasa isyarat ini. Ayo tolong terjemahkan apa maksudnya…

Seseorang (alih bahasa) dari rombongan wartawan datang dan segera menterjemahkan, sambil memperhatikan gerakan

Alih Bahasa : Terima kasih telah mewawancarai saya. Karena sudah lama sekali ingin masuk televise. Oh tentunya anak saya, istri saya, dan teman-teman saya akan kaget melihat wajah saya bisa nampang di televise, bahkan orang-orang di se-antero jagad raya ini bakal mengenal saya. Asyik…saya jadi terkenal.he..he…

Reporter TV Angin Ribut : Hei Bung tolong katakan padanya..jangan buang-buang waktu. To the point aja…apa pendapatnya mengenai proses pemeriksan Sang Maestro

Alih Bahasa balik bertanya dengan bahasa isyarat

Alih Bahasa : O..jadi begini…dia tidak tahu-tahu apa-apa mengenai proses pemeriksaan Sang Maestro. Menurutnya dia hanya diajak untuk menonton pementasan drama ke sini…eh kok tiba-tiba berubah jadi proses pemeriksaan Sang Maestro…pusing…

Reporter TV Angin Ribut : Tunggu dulu Bung. Jangan-jangan dia merupakan salah satu korban penggelapan suara yang telah dilakukan Sang Maestro. Buktinya suaranya hilangkan? Nah ini perlu kita curigai. Tolong sampaikan waktu pemilihan raya bulan lalu..dia memberikan suaranya ke siapa?

Alih Bahasa berinteraksi lagi dengan bahasa isyarat

Alih Bahasa : Menurutnya…pilihannya tetap Sang Maestro. Karena Sang Maestro sangat baik dan peduli dengan masyarakat kecil. Dia ikhlas memberikan suaranya kepada Sang Maestro.

Reporter TV Angin Ribut : Nah pemirsa…Bapak yang berada di samping saya ini merupakan seseorang yang telah menjadi korban penggelapan suara yang dilakukan Sang Maestro. Karena itu bagi anda…yang telah memilih Sang Maestro pada pemilihan raya bulan lalu…siap-siap saja mengalami nasib seperti bapak tadi. Baik rekan Meli…demikian wawancara kami dengan seorang warga yang diduga telah menjadi korban penggelapan suara Sang Maestro.

Suara dari Studio : Pemirsa TV Angin Ribut di manapun anda berada. Demikian tadi laporan dari reporter Kami Bagas dari Gedung Penyidik Dunia Akhirat. Baik..rekan
Syaiful..terima kasih atas laporannya, dan kita kembali ke studio.

Sementara itu reporter Wow TV juga sedang bersiap-siap mewawancarai seorang warga di Gedung Penyidik Dunia Akhirat

Reporter Wow TV : Pemirsa Wow TV di se antero jagad raya. Pemeriksan Sang Maestro oleh Badan Penyidik Dunia Akhirat telah menarik perhatian warga. Berikut mari kita ikuti tanya jawab dengan seorang warga mengenai proses pemeriksaan Sang Maestro

Sambil mencari-cari dan mendekati seorang penonton

Reporter Wow TV : Selamat siang. Siapa namanya Pak. .(sambil salaman)

Penonton : Nama saya..Similikiti bin Ketar-ketir

Reporter Wow TV : Kalau boleh tahu..Bapak Similikiti tinggal di mana?

Penonton : Saya warga Alam Mayapada kelurahan Kolong Langit

Reporter Wow TV : Pemirsa Wow TV…anda saksikan dan dengar sendiri..Bapak Similikiti ini berasal dari negeri yang sangat jauh. Beliau sengaja datang ke sini hanya untuk mengikuti proses pemeriksaan Sang Maestro. Bapak Similikiti bagaimana tanggapan bapak terhadap pemeriksaan Sang Maestro ini?

Penonton : Saya memang sengaja datang ke sini untuk menjawab rasa penasaran saya, sebab pemberitaan yang beredar di media selama ini masih kabur..belum kejelasan..membingungkan

Reporter Wow TV : Maaf Pak Similikiti…bisa anda jelaskan lebih rinci lagi mengenai pemberitaan yang masih kabur dan membingungkan itu?

Penonton : Saya kira Anda selaku pekerja media tentu lebih tahu maksud saya. Masa informasi dari angin berhembus, bisik-bisik tetangga sudah dijadikan berita. Itupun baru bersifat dugaan-dugaan saja. Sementara itu sampai saat ini Badan Penyidik Dunia Akhirat belum memberikan keterangan resmi seputar kedatangan Sang Maestro ke sini. Nah saya kira hal ini perlu diluruskan…jangan sampai membingungkan masyarakat!!

Reporter Wow TV : Kalau begitu Bapak Similikiti merupakan salah satu orang yang merasa keberatan dengan pemeriksaan Sang Maestro oleh Badan Penyidik Dunia Akhirat??

Penonton : Anda tidak boleh langsung menyimpulkan seperti itu. Saya netral tidak berada di pihak manapun!!

Reporter Wow TV : Tapi kalau disimak dari pernyataan Bapak tadi..bapak seolah-olah berada di pihak Sang Maestro dengan mengkambinghitamkan pemberitaan-pemberitaan di media?

Penonton : Ah…sudahlah…sampeyan kok jadi memojokkan saya. Saya tidak mau dihakimi seperti itu….

Reporter Wow TV : Bukan begitu Pak Similikiti. Kami hanya meminta komentar Bapak seputar pemeriksaan Sang Maestro

Penonton : Tolong matikan kameranya…saya tak mau lagi diwawancarai. Tolong hargai hak saya…kalau tidak… ulah anda ini akan saya laporkan ke dewan pers Jagad Raya.

Repoter Wow TV : Pemirsa Wow TV di se antero jagad raya. Sayang sekali wawancara dengan Bapak Similikiti tadi tidak dapat kami lanjutkan karena ada kesalahan komunikasi semata. Meski demikian kami tetap menyajikan berita berita terkini dari Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat ke hadapan Anda. Demikian Dita

Suara dari Studio : Rekan Bagas. Tampaknya seru sekali wawancara anda dengan Bapak Similikiti tadi. Tapi setidaknya kejadian tadi dapat menggambarkan kepada pemirsa di rumah..suka duka seorang reporter mendapatkan berita. Baik Bagas apakah Badan Penyidik Dunia Akhirat, sudah memberikan keterangan resmi seputar pemeriksan Sang Maestro?

Reporter Wow TV: Sampai saat ini juru bicara Badan Penyidik Dunia Akhirat masih bungkam seribu bahasa. Namun dari isu yang berkembang…Sang Maestro dipastikan hadir ke lembaga hukum tertinggi di Jagad Raya ini. Oh iya pemirsa…tampaknya juru bicara Badan Penyidik Dunia Akhirat mulai bersiap-siap menyampaikan keterangan kepada sejumlah wartawan. Untuk itu mari kita ikuti keterangan dari juru bicara Badan Penyidik Dunia Akhirat ini.

Shoot kamera ke seseorang di atas panggung diikuti wartawan lainnya sibuk mencatat, meletakkan tape rekaman, mengambil foto dan sebagainya. Namun ternyata yang tampil adalah protokol pembaca acara membuka seremonial acara pementasan drama yang berjudul Liputan Sang Maestro. Setelah melewati beberapa kata sambutan, puluhan wartawan tadi kecewa. Namun para reporter stasiun cepat-cepat meralat tayangannya tadi.

Reporter Wow TV : Pemirsa Wow TV di se antero jagad raya. Kami mohon maaf atas tayangan tadi. Semestinya yang kami laporkan mengenai proses pemeriksaan Sang Maestro di Badan Penyidik Dunia Akhirat, eh ternyata yang muncul acara seremonial pembukaan pementasan drama. Jadi..sekali lagi kami mohon maaf, kesalahan sebenarnya bukan pada pesawat televisi anda, tapi karena kesalahan komunikasi di lapangan.

Reporter TV Angin Ribut : Halo pemirsa TV Angin Ribut di manapun anda berada. Karena ada kesalahan teknis di lapangan, sehingga keterangan dari juru bicara Badan Penyidik Dunia Akhirat belum dapat kami tayangkan. Namun demikian, tetaplah di siaran ini, jangan ke manna-mana…karena kami akan selalu melaporkan jalannya proses pemeriksaan Sang Maestro di Badan Penyidik Dunia Akhirat. (Tiba-tiba terdengar bunyi sirene) Nah itu sepertinya Sang Maestro sudah datang. Mari kita ikuti…

Rombongan wartawan yang sedari tadi menunggu langsung berhamburan menuju arah tempat kedatangan Sang Maestro. Namun wartawan kebingungan karena yang muncul empat orang dengan kostum yang sama.

Andre : (sambil bertanya kepada temannya) Wah tipuan nih. Yang mana Sang Maestro ya…
Aji : Jadi selama ini kalian gak kenal ataupun bertemu dengan Sang Maestro itu
Desi : Jangankan wawancara…liat tampangnya aja belum pernah…baru kali ini. Tapi yang mana Sang Maestro itu ya…
Opi : Jadi gimana nih. Kita harus mewawancarai siapa?
Indra : Udah jangan buang waktu..cepat potret dan kita wawancarai…keempat-empatnya..

Para wartawan segera mengabadikan kedatangan Sang Maestro. Lampu Blitz berkilauan. Kesempatan itu digunakan oleh keempat Sang Maestro untuk bergaya dengan berbagai pose.

Maestro 1 : Nah gitu dong…kami dipotret dulu
Maestro 2: Nanti tolong dicetak ya mas..ini alamat saya (sambil memberikan kartu nama) nanti ongkos cetaknya saya ganti ya…
Maestro 3: Eh gayanya ganti dong…ayo sini ramai-ramai…(wartawan juga ikut berfoto)
Maestro 4: Yah udah..kami ke dalam dulu …wawancaranya nanti aja (sambil bersalam-salaman dengan para wartawan)

Para wartawan seperti kena hipnotis. Setelah tersadar mereka mengerubuti sang Maestro masing masing mengajukan pertanyaan. Namun Sang Maestro yang diiringi pengawalnya hanya tersenyum dan tidak memberikan komentar apapun, hingga memasuki Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat. Sementara itu rombongan wartawan hanya sampai di pintu dan tidak diperkenankan masuk oleh petugas keamanan.

Andre : Wah payah tuh Sang Maestro. Pelit ngomong. Apa susahnya sih kasih statement sedikit….Huh…mana udah dekat deadline lagi (sambil melihat jam tangannya)

Opi : Kita juga yang salah. Tadi udah ada kesempatan untuk wawancara. Eh malah foto-foto dengan Sang Maestro.. kayak selebritis aja…

Aji : ha..ha…foto-foto itu trik Sang Maestro aja untuk mengalihkan perhatian kita. Yang jelas Sang Maestro itu belum mau diwawancarai..yah kita tunggulah sampai proses pemeriksaan selesai nanti…

Citra : Iya…kenapa ya orang tidak mau memanfaatkan media. Padahal kalau dia kasih keterangan ke kita tadi gak terlalu repot kok. Dan lagi pula …biar persoalannya menjadi jelas…sehingga masyarakat tidak bertanya-tanya lagi. Kalau kayak gini ..kan masih misterius semua.

Desi : Eh Jeng…jangan cengeng kayak gitu. Kita ini kan wartawan..tugasnya emang mencari berita dengan segala suka dan dukanya. Toh kalau mau enak-enak saja duduk manis aja di rumah…berhenti jadi wartawan. Jadi ibu rumah tangga saja…urus tuh suami dan anak-anak.

Andre : Benar… wartawan itu harus tahan banting. Jam kerjanya 24 jam. Tidak peduli siang, ataupun malam. Begitu ada kejadian kita harus langsung turun memburu berita. Peristiwa atau kejadian itu bisa muncul kapan saja, tidak pernah memandang waktu.

Aji : Sebenarnya yang enak itu menjadi pembaca. Pokoknya beli koran..dan tau beres aja saat membaca berita. Mana pernah pembaca itu memikirkan bagaimana sulitnya kita mendapatkan sebuah berita. Pembaca itu tak akan pernah tahu lokasi kejadiannya jauh, hari hujan, ban motor kita pecah, atau wartawannya sakit..tak akan pernah itu terpikirkan oleh mereka. Yang jelas mereka maunya berita yang dibaca itu komplit..plit..plit.

Indra : Saya kira hal ini tidak perlu diperdebatkan…toh akan membuang-buang energi saja. Lebih baik kita pikirkan bersama bagaimana cara mendapatkan berita pemeriksaan Sang Maestro ini.

Semuanya terdiam dan mengangguk-angguk. Tiba-tiba handphone Andre berdering. Dengan tergopoh-gopoh ia langsung menjawab

Andre : Iya bos..iya bos..siap bos…. Berapa yang tewas bos…Masya Allah ..ratusan ya…

Spontan wartawan lain yang mendengar percakapan itu bertanya dan mengerubungi Andre

Andre : Saya barusan mendapat informasi, telah terjadi peristiwa tragis di Mall Cikipa Cikipi. Dua Bom meledak…dan menewaskan ratusan orang.

Spontan saja, masing-masing wartawan mengemasi peralatannya untuk segera ke lokasi kejadian. Saat semua wartawan pergi, yang tinggal hanya Andre sendiri, dan petugas keamanan

Petugas Keamanan 1 : Lho kok Mas gak pergi…padahal peristiwa itu lebih menghebohkan dari pemeriksaan ini. Kenapa Mas…???

Andre : Sebenarnya informasi yang saya sampaikan itu hanya trik saja bro. Sehingga yang dapat berita ini hanya saya sendiri aja. Dasar wartawan bodoh ….

Petugas Keamanan 2 : Jangan begitulah Mas. Sampeyan kan sama-sama wartawan. Senasib sepenanggungan. Masa tidak kompak sih…

Andre : Eh bro…kalau semua kompak …otomatis semua berita dari koran-koran yang ada pasti sama dong. Sementara kita dituntut menampilkan berita yang eksklusif berbeda dengan koran-koran lain oleh manajemen redaksi kita.

Petugas Keamanan 1: Iya tapi wartawan itu kan punya etika juga…

Andre : Alah sok tau lu. Jangan banyak ceritalah…tau apa ente soal etika jurnalistik..ha..

Tiba-tiba rombongan wartawan yang pergi tadi muncul lagi sambil menggerutu

Aji : Wah payah…informasinya kacau…gak ada apa-apanya di Mall Cikipa Cikipi. Hei Bro lu dapat info darimane sih?

Andre : Saya juga gak tau pasti. Yang jelas tapi ada orang yang menelpon saya. Kalian saksikan sendiri tadikan?

Citra : Tapi saya jadi curiga. Anda yang kasih info kok anda gak pergi. Kayaknya ada udang di balik batu nih

Desi : Iya… jujur aja Bung…saya rasa anda punya maksud terselubung di balik info yang menyesatkan itu?

Andre : Kalian aja yang bodoh. Kalian kan wartawan. Mestinya cross cek dulu ke sumber yang layak dipercaya…baru meluncur ke lapangan.

Opi : Lho kok jadinya sampeyan yang memojokkan kami. Udahlah mengaku aja..

Aji : Iya bung..anda harus mengganti ongkos dan biaya lelah kami…

Andre : Nggak bisa begitu dong..masa saya yang harus mengganti ongkos dan biaya lelah kalian…ini nggak fair…

Sejumlah wartawan mulai mendekati Andre dan mengerubuti Andre dengan sejumlah pertanyaan. Suasana di depan Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat menjadi ribut. Sejumlah wartawan TV kembali melaporkan peristiwa yang terjadi sambil mengambil gambarnya.

Reporter Wow TV : Pemirsa Wow TV di se antero Jagad Raya. Di tengah proses pemeriksaan Sang Maestro, telah terjadi kericuhan di antara sesama wartawan yang sedang melaksanakan tugas di Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat. Kericuhan ini diakibatkan kesalahan komunikasi di antara sesama para pemburu berita itu. Demikian sekilat info dari kami.

Desi : Hei jangan diberitakan..ini aib kita semua. Sampeyan gimana sih..kok gak kompak

Indra : Iya pilih-pilih dong. Jangan asal langsung buat laporan. Emang sampeyan gak merasa jadi wartawan ya!!!

Citra : Hei…Matikan dulu kameranya…wah payah lu…itu namanya menepuk air di dulang..terpercik muka sendiri..dasar bloon!!!

Aji : Asyik giliran kita masuk TV. Kapan lagi kita masuk TV..eh kameranya arahkan ke sini dong..

Tiba-tiba terdengar pluit. Beberapa petugas keamanan datang. Para wartawan terdiam..suasana menjadi hening

Petugas Keamanan 1: Mohon maaf bapak-bapak wartawan. Anggota Badan Penyidik Dunia Akhirat membutuhkan ketenangan dalam bekerja. Untuk itu harapkan agar bapak-bapak semuanya dapat menjaga ketenangan dan ketertiban.

Petugas Keamanan 2 : Oh iya..maaf…tadi ini ada titipan dari Sang Maestro. Buat sekadar beli kopi. Mohon diterima…(sambil membagi-bagikan amplop kepada wartawan)

Sebagian dari wartawan ada yang menerima dengan malu-malu, tapi ada yang diam saja.

Aji : Apa-apaan ini. Kalian mau menyogok kami. Kalian telah melecehkan profesi kami. Ingat Bung kami bekerja ada undang-undang yang mengaturnya. Kami punya kode etik….

Petugas Keamanan 2 : Maaf Pak. Saya hanya menyampaikan amanah…Kalau Bapak tidak mau terima ya sudah…yang penting amanah dari Sang Maestro sudah saya sampaikan. Kalau tak diterima berarti ini kan rezeki saya…Alhamdulilah.

Aji : Ingat…prilaku anda ini akan saya laporkan ke dewan pers Jagad Raya

Indra : Sudahlah…persoalan ini tidak perlu diperpanjang. Toh tidak akan ada gunanya juga. Ingat waktu deadline kita semakin dekat nih

Petugas keamanan kembali ke posisinya semula. Sementara itu para wartawan terdiam dengan pikirannya masing-masing. Tiba-tiba seseorang berteriak

Andre : Saya punya ide. Ayo semua kumpul ke sini.

Para wartawan berembuk, sambil berbisik-bisik

Andre : Bagaimana kalau kita yang gantian yang menyogok petugas keamanan itu. Pokoknya salah satu diantara kita bisa masuk mendapatkan informasi apa yang terjadi di dalam Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat itu.

Aji : Wah kalau kayak begini kita sama aja dengan mereka. Masak kita juga ikut-ikutan menyogok. Ini jelas-jelas kita sendiri yang melanggar kode etik profesi kita.

Andre : Eh Bung…ingat wartawan itu harus cerdik dan jeli. Yang penting kita bisa mendapatkan berita. Terserah bagaimana caranya, mau jungkir balik kek, mau salto kek, mau menyogok kek…yang penting dapat berita bung…

Indra : Iya..tapi bagaimana caranya..kan gak mungkin kita semua bisa masuk?

Andre : Begini saja…kita pilih utusan untuk bisa masuk ke sana. Tapi sebelum masuk ke sana sebaiknya kita nego dulu dengan petugas keamanan itu. Berapa uang mesti kita bayar.


Para wartawan sepakat mengutus Citra untuk bernegosiasi dengan petugas keamanan. Setelah dicapai kesepakatan para wartawan mengumpulkan duit dan Citra kembali menyerahkannya kepada petugas keamanan.

Desi : Wah..kapan ya Jagad Raya ini terbebas dari korupsi?
Andre : Jangan banyak ceritalah. Yang penting kita dapat berita.
Desi : Ehhh..uang ini nanti abis pementasan dikembalikan lagi gak..ini kan Cuma pura-pura aja kan?
Aji : Iya ya…mana kita main gak ada honornya lagi. Ehh malah duit pribadi kita yang abis. Mestinya sutradaranya yang bayarin kita…kok malah sebaliknya….
Opi : Tenang aja bro…pokoknya kalau pementasan ini sukses pasti kita semua dapat. Minimal dapat pujian…soal duit bisa dicari…yang penting berbuat dulu. Ya gak..ya gak..

Para wartawan sepakat memilih Indra sebagai utusan yang masuk ke Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat. Tak lama setelah Indra masuk, kedua petugas keamanan pamit keluar untuk minum kopi.

Petugas Kemananan 1 : Bapak-bapak wartawan. Kami mau keluar sebentar. Mau ngopi dulu. Harap tenang dan jaga ketertiban. Bapak-bapak tak perlu khawatir..kan sudah ada utusannya di dalam. Sebentar lagi juga selesai kok

Petugas Keamanan 2 : Benar Pak. Kami keluar Cuma sebentar kok. Nanti balik lagi. Ingat ya Pak..jangan berisik ya. Sebab kalau bapak-bapak berisik anggota Badan Penyidik Dunia Akhirat bisa terganggu kerjanya. Mohon kerjasamanya ya Pak. Oh ya…ada yang mau nitip gak? (beberapa wartawan menitipkan uang untuk beli rokok)

Setelah petugas keamanan pergi, Indra tak kunjung muncul. Para wartawan mulai resah dan muncul dugaan yang bukan-bukan

Desi : Kok lama betul Indra di dalam ya. Udah sejam lebih nih? Aduh ..waktu deadline sudah mendesak nih
Opi : Jangan-jangan dia ada konspirasi pula dengan Sang Maestro atau Badan Penyidik Dunia Akhirat?
Andre : Sabar sedikit kenapa sih. Kalian itu tidak tau bagaimana perjuangan dia di dalam untuk mendapatkan berita. Kita enak-enak di sini..hanya menunggu saja.
Citra : Iya sabar boleh sabar. Tapi ini udah sejam lebih. Siapa tau ada apa-apanya dengan dia di dalam
Aji : Ok …kalau begitu, sebaiknya kita masuk aja ramai-ramai.

Tiba-tiba muncul pekikan suara perempuan dari dalam Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat. Terdengar suara umpatan …Sandal dan sepatu berterbangan..Indra berlari keluar ketakutan

Perempuan 1 : Hei kurang ajar kau ya…ngapaian kau masuk ke kamar ganti perempuan
Perempuan 2 : Huh dasar mata keranjang…udah jelas di pintu masuk ada tulisan kamar ganti perempuan, kok nyelonong aja

Perempuan 1 : Awas kau ya…ku kadu ke laki aku…jangan lari kau

Perempuan 2 : Iya masalah ini akan kami selesaikan secara hukum…karena telah melecehkan martabak..eh salah..martabat kaum perempuan.

Perempuan 1 : Pokoknya tunggu saja pembalasan dari kami…jangan main-main kau ya

Sementara itu para wartawan hanya terlongo. Setelah kedua perempuan itu masuk ke dalam Gedung Penyidik Dunia Akhirat Indra muncul dari tempat persembunyiannya sambil mengurut-urut dada dengan nafas tersengal-sengal.

Andre : Hei Bung ..ngapain kau di dalam..kau yang betul aja kerja kau itu

Opi : Iya kok sampeyan sampai masuk ke kamar ganti perempuan sih?

Citra : Emang kamu nggak bisa baca tulis ya..wah payah nih…

Desi : Dasar laki-laki …pantang liat perempuan

Aji : Yah sudah..sudah..tak perlu diperpanjang tolong kau jelaskan..apa sebenarnya yang terjadi

Indra yang sudah merasa terpojok menjawab dengan tergagap-gagap

Indra : Begini…saya sebenarnya salah masuk kamar. Sebab ruangan pemeriksaan Sang Maestro itu tadi tidak saya temukan. Akhirnya saya periksa setiap kamar yang ada

Desi : Alah…itu nggak alasan kamu aja. Nggak mungkin…saya nggak percaya

Opi : Lagian…gak mungkin Sang Maestro itu diperiksa di kamar ganti perempuan..alasannya gak masuk akal

Andre : Kau kasih alasan itu yang benar saja. Jangan main-main kau..

Indra : Yah ..kalau gak percaya ya sudah..yang jelas memang begitu kenyataannya..saya mau ngomong apa lagi

Aji : Yang jelas duit kami kau kembalikan lagi
Andre : Iya ayo cepat…mana duit kami. Payah kau ini…ngurus itu aja nggak becus

Indra semakin terpojok wajahnya semakin pucat

Indra : Begini aja…jangan ambil duitnya dulu. Separo duitnya tadi kan sudah kasih kan ke petugas keamanan tadi. Nah yang ini tinggal separo lagi buat petugas administrasi di dalam. Saya janji akan berusaha lagi masuk ke dalam

Citra : Nggak bisa..nasi sudah sudah menjadi bubur. Kepercayaan kami sudah hilang. Udah kembalikan duitnya cepat!!!

Opi : Hei Bung ..apa maksud lu menahan-nahan duit kami ha?

Desi : Iya jangan permainkan kami ya?

Indra : Begini…kawan-kawan. Bukan maksud saya ingin menahan duit kalian. Tapi saya janji akan berusaha lagi untuk mendapatkan informasi di dalam sana. Ini kan sesuai dengan kesepakatan kita.

Aji : Sudah terlambat bung. Lagian mengapa ente kok begitu ngotot masuk ke dalam hah?

Indra : Sebenarnya saya hanya mengharapkan komisinya nya saja. Kalau saya yang masuk ke dalam dan mengasihkan duit ini tentunya bakal dapat fee atau komisi dari petugas administrasi di dalam. Tolong ya kawan-kawan..saya butuh duit nih..istri saya baru melahirkan..

Andre : Kalau gitu selamat ya..anaknya laki apa perempuan. Tapi kalau bicara soal duit nanti dulu. Soalnya itukan duit kita bersama?

Aji : Saya kira demi pertimbangan kemanusiaan dan kebersamaan, nggak masalah duit itu anda pakai

Citra : Oh baru melahirkan istrinya ya? Pantesan tadi salah masuk kamar. Rupanya udah lama puasa ni ye….ha.ha…kacian deh lu. Tapi soal duit kami pikirkan dulu ya…

Desi : Kok biaya persalinan istrinya dibebankan ke kita. Giliran enak-enaknya, buat anak …dia yang merasakan. Tapi susahnya…ongkos biaya persalinan dilimpahkan ke kita

Opi : Iya..ente selaku laki-laki mestinya tanggung jawab. Jangan giliran susahnya dikasih ke orang..tapi saat senangnya ente diam-diam aja. Makanya berusaha dong. Bikin malu aja…

Indra : Yang benar aja jeng. Nggak mungkinlah setiap mau berhubungan dengan istri saya kasih tahu ke orang….malu dong…sampeyan gimana sih

Dua petugas keamanan yang tadi keluar beli kopi muncul. Mereka langsung menghampiri dan membekuk Indra. Namun wartawan yang lain berusaha mencegah

Aji : Apa-apan ini Pak. Jangan asal main tangkap aja..

Andre : Iya Pak. Kesalahannya apa…ingat lho Pak.. Alam Jagad Raya ini punya hukum..jangan asal selonong aja. Oh mentang-mentang situ petugas ya…

Aji : Kalaupun kawan kami ini bersalah mana surat tugas bapak-bapak

Petugas Keamanan 1 : Maaf bapak-bapak wartawan..kami hanya melaksanakan perintah

Seorang petugas keamanan menyerahkan surat kepada wartawan

Aji : Nah gitu dong…kalau ini kan jelaskan ada surat resmi dari atasan sampeyan

Koor : Ayo cepat bacakan..apa isinya

Aji : Sabar…saya bacakan ya…Surat Perintah Penangkapan. Badan Penyidik Dunia Akhirat dengan ini memerintahkan penangkapan berdasarkan laporan dua orang wanita. Kedua wanita itu merasa dilecehkan…karena tersangka telah berani melihat saat keduanya sedang berganti pakaian

Andre : Tapi Pak teman saya ini hanya melaksanakan tugas peliputan. Dan kami bekerja dilindungi oleh undang-undang.

Aji : Sebetulnya Bapak-bapak berdua yang kami tuntut karena telah menghalang-halangi pekerja media mendapatkan informasi di Badan Penyidik Dunia Akhirat itu

Petugas Keamanan 2 : Maaf ..kalau soal undang-undang itu kami tidak paham. Yang jelas tugas kami adalah membawa tersangka ke Badan Penyidik Dunia Akhirat…kalau bapak-bapak wartawan keberatan silakan sampaikan aja ke Badan Penyidik Dunia Akhirat

Petugas Keamanan 1 : Ayo jalan …nggak usah macam-macam ya…(sambil menggiring Indra)

Sementara itu wartawan lainnya kembali berusaha mencegah

Desi : Eh Pak..Pak..tunggu dulu. Apakah nggak ada cara lain..kan kita bisa berunding dulu

Opi : Iya Pak..lagian kesalahannya tidak terlalu besar kok. Cuma salah masuk kamar aja. Nggak usah diperpanjanglah Pak…

Desi : Tolong ya Pak..ya..ya..(sambil mengerling dan mendekati Petugas keamanan)

Opi : Kami pahamlah tugas bapak-bapak itu. Tapi kitakan bisa nego..ya ngak..nanti bilang aja ke atasan bapak tersangkanya udah melarikan diri…
Kedua Petugas Keamanan tampak bimbang. Tapi kemudian mereka berdalih

Petugas Keamanan 1 : Gimana ya…sebenarnya kami kasihan juga. Tapi kami sudah dapat perintah dari atasan. Jadi mohon maaflah…permintaan mbak tidak bisa kami kabulkan

Petugas Keamanan 2 : Tolong hargai tugas kami. Kalau mbak mau bermusyawarah silakan aja temui atasan kami

Kedua Petugas Keamanan langsung menggiring Indra. Sementara itu Indra berusaha berontak dan berteriak-teriak

Indra : Saya tidak bersalah Pak..tolong lepaskan saya. Laporan itu fitnah

Petugas Keamanan 1 : Sudah ..jangan banyak cincong..ayo jalan

Indra : Tolong Pak..istri saya baru melahirkan..anak saya masih kecil…tolonglah pak

Petugas Keamanan 2 : Nanti saja jelaskan di kantor…sekarang jalan dulu..ayo cepat

Indra : Tunggu Pak…saya titip pesan dulu buat istri saya…

Indra menuju tempat rombongan wartawan

Indra : Kawan-kawan tolong selesaikan biaya persalinan istri saya…ini ada sedikit sisa uang di kantong saya..

Sejumlah wartawan merogoh kantong Indra mengambil duit. Sementara itu petugas keamanan sudah tak sabar menunggu

Petugas Keamanan 1 : Sudah..sudah jangan buang-buang waktu

Petugas Keamanan 2 : Masih banyak tugas kami yang lain. Emang kamu aja yang kami urus. Ayo cepat jalan!!!

Indra : Kawan-kawan..nanti kalau istriku bertanya..bilang aja saya sedang tugas liputan ke luar daerah ya…tolong dirahasiakan ...saya sedang diperiksa di Badan Penyidik Dunia Akhirat ya

Sementara wartawan lainnya hanya termangu menyaksikan temannya digiring oleh Petugas Keamanan ke dalam Gedung Penyidik Dunia Akhirat

Desi : Kasihan ya…mana istrinya baru melahirkan. Anaknya kan butuh biaya..

Opi : Kita harus bereaksi. Selaku sesama pekerja media kita harus kompak. Mari kita tunjukkan solidaritas kita. Begini saja..kita demo saja…
Aji : Ah yang benar aja. Masak wartawan demo. Wartawan itu kerjanya cari berita. Wartawan kok demo

Desi : Apa nggak ada cara lain selain demonstrasi?Lantas kalau kita yang ikut-ikutan demo lalu siapa nanti yang nulis beritanya. Kan nggak kalau kita yang demo lalu kita yang menulis beritanya.

Opi : Lalu selain demo..cara lainnya apa?

Andre : Begini saja…kita mogok makan saja untuk menunjukkan rasa keprihatinan dan solidaritas kita

Citra : Mogok makan ha..ha..itu bunuh dirinya namanya. Lebih baik kita demo saja. Toh demonstrasi bukanlah sesuatu yang dilarang kok.

Andre : Yah udah kalau gitu kita demo saja. Ayo siapkan peralatannya…tolong ditulis besar-besar di spanduk tuntutan kita

Para wartawan sibuk mempersiapkan peralatan demonstrasi. Tak lama kemudian mereka bersiap-siap mendekati pintu masuk Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat. Namun saat mereka mau sampai, tiba-tiba muncul dari dalam serombongan orang tergopoh-gopoh menandu Sang Maestro yang hendak dilarikan ke rumah sakit

Rombongan Tandu : Minggir..minggir..tolong kasih jalan.. Sang Maestro dalam keadaan gawat. Tolong minggir Pak…Jangan menghalangi jalan..awas

Para wartawan hanya termangu. Mereka tersadar setelah rombongan penandu Sang Maestro berlalu

Opi : Eh Jeng bagaimana ini…jadi nggak demonya?

Desi : Ehh iya..ya..demonya jadilah..kita jalan terus..jangan terpengaruh dengan kejadian tadi. Ayo kawan-kawan mari kita mulai berorasi

Para wartawan bergantian berorasi. Menyampaikan tuntutan ke Badan Penyidik Dunia Akhirat. Namun setelah mereka letih berorasi tak satupun anggota Badan Penyidik Dunia Akhirat yang datang.

Andre : Wah bagaimana ini..tuntutan kok nggak ditanggapi
Aji : Dari tadi kita demo kok nggak ada yang keluar ya..emang nggak ada orang di dalam ya. Ayo coba dicek dulu..
Desi : Begini saja…bagaimana kalau kita masuk ramai-ramai saja..
Koor : Setuju..kita terobos aja…



Para wartawan sepakat masuk ke Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat. Tak lama kemudian mereka keluar sambil menggotong tubuh Indra yang terikat dengan mulut disumpal

Citra : Ayo Bung ceritakan apa yang terjadi di dalam
Desi : Iya kenapa kamu sampai begini. Siapa yang telah berani bernuat kurang ajar seperti ini (sambil membuka ikatan dan sumpal mulut Indra)

Indra : Kita semua telah tertipu. Kita dibohongi. Tidak ada Sang Maestro. Mereka yang datang tadi benar-benar pemain sandiwara ulung. Duit dan kamera saya abis mereka kuras. Mana mereka. Ayo cepat kejar…!!!!

Para wartawan berlarian keluar berupaya mengejar. Sementara itu reporter TV kembali membuat laporan langsung.

Reporter Wow TV : Pemirsa Wow TV di se-antero jagad raya. Dapat kami laporkan pemeriksaan terhadap Sang Maestro oleh Badan Penyidik Dunia Akhirat ternyata isu belaka. Isu ini sengaja dihembuskan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab untuk menjatuhkan popularitas Sang Maestro. Tragisnya, isu ini dikemas secara rapi seperti lakon sandiwara, sehingga mereka mampu meraup uang jutaan rupiah dari para wartawan yang biasa bertugas di Gedung Badan Penyidik Dunia Akhirat itu. Demikian sekilat info dari kami.

Tiba-tiba dua orang wartawan kembali muncul

Andre : Hei…masih sempat-sempatnya buat laporan…
Aji : Ah..dasar wartawan….udah tertipu masih juga memikirkan berita. Ayo kejar…

Semua wartawan itu akhirnya keluar dan pertunjukan berakhir…….

Mei 2009