kesetiaan itu hanya milik Tuhan
kita terlalu sering melupakan-Nya
sementara Dia tidak sedetikpun melupakan kita
Tanjungpinang, 5 Mei 2015
Sesuaikan Kata dengan Perbuatan
Kitalah Aktor di dunia. Tergantung lakon mana yang kita pilih...
Sabtu, 30 Mei 2015
Lagu Kehilangan
selain pulang, apa yang diharap dari sebuah kepergian
mungkin sepucuk surat, sehelai sapu tangan
atau sekadar lambaian
sebelum pulang, katakan pada sebuah kepergian
tentang rasa yang sumbang
menyanyikan lagu kehilangan
Tanjungpinang, 7 Mei 2015
mungkin sepucuk surat, sehelai sapu tangan
atau sekadar lambaian
sebelum pulang, katakan pada sebuah kepergian
tentang rasa yang sumbang
menyanyikan lagu kehilangan
Tanjungpinang, 7 Mei 2015
Jalan Terpanjang
selembar sajadah
adalah jalan terpanjang
yang merentang sampai ke sorga
berdirilah di atasnya....
Tanjungpinang, 6 Mei 2015
adalah jalan terpanjang
yang merentang sampai ke sorga
berdirilah di atasnya....
Tanjungpinang, 6 Mei 2015
Hati Mendua
doa yang kau langitkan semalam telah kembali
serupa astronot yang kembali dari angkasa luar
ia mengabarkan tentang ayat-ayat yang hanya terkatung-katung di langit
asyik memandang bulan
mereka lena pada cahayanya
hati mendua, seperti rapalan yang dititipkan di pundaknya
Tanjungpinang, 7 Mei 2015
serupa astronot yang kembali dari angkasa luar
ia mengabarkan tentang ayat-ayat yang hanya terkatung-katung di langit
asyik memandang bulan
mereka lena pada cahayanya
hati mendua, seperti rapalan yang dititipkan di pundaknya
Tanjungpinang, 7 Mei 2015
Menuju Rumah Nya
tuan, jalan kita memang berbeda
mungkin ada yang di pendakian
penurunan, kelok berliku, atau persimpangan
tapi kita akan beriringan
ketika panggilan itu datang
menuju rumah Nya
Tanjungpinang, 8 Mei 2015
mungkin ada yang di pendakian
penurunan, kelok berliku, atau persimpangan
tapi kita akan beriringan
ketika panggilan itu datang
menuju rumah Nya
Tanjungpinang, 8 Mei 2015
Sereguk Pagi
sereguk pagi di kopimu
tetap saja dingin, serupa embun
yang enggan melepas kabut
kau dan malam seakan berjanji
untuk mengikat mimpi
bangunlah.....
Tanjungpinang, 10 Mei 2015
tetap saja dingin, serupa embun
yang enggan melepas kabut
kau dan malam seakan berjanji
untuk mengikat mimpi
bangunlah.....
Tanjungpinang, 10 Mei 2015
Serahkan pada Tuhan
walau hidup tak berketentuan
tak bisa suka-suka tuan
serahkan sajalah kepada Tuhan
Tanjungpinang, 11 Mei 2015
Alamat Tuhan
bukan kepulangan itu benar yang merisaukan
tapi dimanakah alamat Tuhan?
Tanjungpinang, 13 Mei 2015
tapi dimanakah alamat Tuhan?
Tanjungpinang, 13 Mei 2015
Salah Sambung
Halo, tuan Tuhan ya?
"Maaf Anda salah sambung" klik
????????
Tanjungpinang, 15 Mei 2015
"Maaf Anda salah sambung" klik
????????
Tanjungpinang, 15 Mei 2015
Mulut Tuan
kami menyebutnya, "tuan besar"
tapi sebesar-besarnya tuan, lebih besar lagi mulut tuan
sampai ia menelan kepala tuan
Tanjungpinang, 16 Mei 2015
tapi sebesar-besarnya tuan, lebih besar lagi mulut tuan
sampai ia menelan kepala tuan
Tanjungpinang, 16 Mei 2015
Bila Petangmu Sampai
dan bila petangmu sampai, berkemaslah
sebentar lagi rembang cahaya di matamu akan memudar
larutkan wajahmu di senja Nya
karena mungkin engkau tak akan melihat bulan
ataupun bertemu malam
Tanjungpinang, 17 Mei 2015
sebentar lagi rembang cahaya di matamu akan memudar
larutkan wajahmu di senja Nya
karena mungkin engkau tak akan melihat bulan
ataupun bertemu malam
Tanjungpinang, 17 Mei 2015
Jumat, 28 November 2014
Secangkir Kopi
secangkir kopi di bibirmu
menyeduh namaku; pahitnya kehidupan
Tanjungpinang, 29 November 2014
menyeduh namaku; pahitnya kehidupan
Tanjungpinang, 29 November 2014
Kamis, 27 November 2014
Kelak Aku
kelak, aku tinggal cerita
dalam lembaran-lembaran usang
yang tak terbaca...
kelak, aku tinggalkan cerita
tentang segumpal rasa
yang tak terkata...
Tanjungpinang, 12 November 2014
dalam lembaran-lembaran usang
yang tak terbaca...
kelak, aku tinggalkan cerita
tentang segumpal rasa
yang tak terkata...
Tanjungpinang, 12 November 2014
Malam
karena engkaulah malam :
tempat aku melelapkan sepi,
dari segala nyeri
Tanjungpinang, 23 November 2014
tempat aku melelapkan sepi,
dari segala nyeri
Tanjungpinang, 23 November 2014
Surat untuk Guruku
selembar surat
untuk guruku: Al Fatihah....
wasalam
Tanjungpinang, 24 November 2014
untuk guruku: Al Fatihah....
wasalam
Tanjungpinang, 24 November 2014
Gadis Kecilku
kamukah itu, anakku?
gadis kecil yang menari di antara kabut pagi;
tempat aku memautkan hati
Happy Birthday My Daughter
Balqis Miftahurrahmi
26 November 2001-26 November 2014
gadis kecil yang menari di antara kabut pagi;
tempat aku memautkan hati
Happy Birthday My Daughter
Balqis Miftahurrahmi
26 November 2001-26 November 2014
Penantian
hujan yang datang menyapa,
menempiaskan sebuah nama di sela rintiknya
bergegas aku memayungi dan membacanya; penantian
Tanjungpinang, 25 November 2014
menempiaskan sebuah nama di sela rintiknya
bergegas aku memayungi dan membacanya; penantian
Tanjungpinang, 25 November 2014
Perindu
jaraklah yang membuat kita jadi perindu
dan di hamparan waktu ;
kita mengukur kesetiaan
Tanjungpinang, 27 November 2014
dan di hamparan waktu ;
kita mengukur kesetiaan
Tanjungpinang, 27 November 2014
Kamis, 20 November 2014
Perempuanku
engkau seperti puisi
sulit untuk dimengerti
tapi indah jika dihayati
Pamulang, 10 Oktober 2014
sulit untuk dimengerti
tapi indah jika dihayati
Pamulang, 10 Oktober 2014
Ziarah
di kubur ini sepi begitu rimbun
sebab ziarah hanya setahun sekali
sekadar menyiang-nyiang doa
sambil berbasa-basi dengan kematian
Jakarta 10 Oktober 2014
sebab ziarah hanya setahun sekali
sekadar menyiang-nyiang doa
sambil berbasa-basi dengan kematian
Jakarta 10 Oktober 2014
Tahun Baru
walau tahun bertukar
dan musim berganti
aku masih di sini...
Selamat Tahun Baru 1436 Hijiriah
dan musim berganti
aku masih di sini...
Selamat Tahun Baru 1436 Hijiriah
Padamu Negeri
padamu negeri
kami hanya berpuisi
bukan bernyanyi
apalagi berjanji
kami hanya berpuisi
bukan bernyanyi
apalagi berjanji
padamu negeri
kami hanya bisa bermimpi
tak sanggup berlari
apalagi menari
padamu negeri
jiwa kami telah mati
Tanjungpinang, 28 Oktober 2014
kami hanya bisa bermimpi
tak sanggup berlari
apalagi menari
padamu negeri
jiwa kami telah mati
Tanjungpinang, 28 Oktober 2014
Dikubur Sepi
apalagi yang lebih sepi daripada mati
sedang di kubur ini rindu bertampi-tampi
Tanjungpinang, 6 November 2014
sedang di kubur ini rindu bertampi-tampi
Tanjungpinang, 6 November 2014
Ujung Rindu
andai kutahu ujung rindu
tak kukubur kenangan di nisanmu
biarlah membatu di hatiku saja
Tanjungpinang, 12 November 2014
tak kukubur kenangan di nisanmu
biarlah membatu di hatiku saja
Tanjungpinang, 12 November 2014
Membunuh Rindu
andai dapat membunuh rindu
akan kukubur ia di hatimu
dan kuziarahi sepanjang waktu
Tanjungpinang, 11 November 2014
akan kukubur ia di hatimu
dan kuziarahi sepanjang waktu
Tanjungpinang, 11 November 2014
Puisi Rindu
sungguh aku ingin
rindu ini abadi
dalam sebait puisi
walau aku tiada lagi
Tanjungpinang, 10 November 2014
rindu ini abadi
dalam sebait puisi
walau aku tiada lagi
Tanjungpinang, 10 November 2014
Kamis, 21 Agustus 2014
Joged Dangkong
Sebuah Skenario
oleh : Ary Sastra
01
- EXT - Rumah Pelantar - Sore Hari
Cast
: Orang-Orang
Gambaran suasana rumah panggung di
pelantar. orang-orang berjalan, ibu-ibu asyik mencuci dan menjemur pakaian,
anak-anak berlarian, ada di antaranya yang terjun ke laut.
Cut To
02
- INT - Kamar Tidur - Sore Hari
Cast
: Ramli, dan Mak Piah
Ramli sedang asyik latihan berjoged
di depan kaca sambil bernyanyi-nyanyi
kecil
Ramli : Tanjung Katung airnya biru.
Di sane budak mencuci muke.
Tanjung Katung airnya biru.
Di sane budak mencuci muke.
Sedang sekampong hatiku rindu.
Apelah lagi jauh di mate.
Sedang
sekampong hatiku rindu.
Apelah lagi jauh di mate.
Tiba-tiba terdengar teriakan Mak
Piah dari luar kamar
Mak
Piah : Ramli!! Engkau nak runtuhkan
rumah kite ni? Asyek aje engkau
bergoyang dari
pagi sampai petang.
Ramli yang sedang asyik bergoyang,
tertegun sejenak. Ia menggerutu dan segera membalas teriakan Mak Piah
Ramli : Adoh Mak nih, tak tau saye
sedang latihan. Ye..ye Mak. Sekejap lagi Ramli
selesai. Ramli sedang latihan joged dangkong
ni Mak
Mak Piah tiba-tiba muncul di kamar.
Ia melongokkan kepalanya dari balik pintu
Mak
Piah : Eh Ramli, engkau ni tau tak
rumah kite ni di pelantar, dari kayu. Kalau engkau
hoyak terus, bisa roboh rumah kite ni ke
laut.
Ramli : Ye Mak Ramli tau. Tapi Ramli
kan cume sekejab je Mak. Cume latihan aje
Mak...
Mak
Piah : Latihan kepale hotak engkau.
Joged dangkonglah, lenggok anak darelah,
tari
serampanganlah. Mak tak mau tau. Kalau nak latihan jangan di rumah
ni. Pergi jauh-jauh kat luar sane...
Ramli : Aduh Mak..Please. Please deh
Mak. Ramli tak ade waktu lagi. Besok malam
Ramli harus tampil Mak.
Mak
Piah : Ah..tak ade, tak ade. Tak
ade tampil tampil. Percume engkau ikot-ikot joged
dangkong tuh. Tak ade gune. Lagi pula untuk
ape engkau Mak sekolahkan
tinggi-tinggi ha..? Kalau hanye untuk ikut
ikut joged dangkong je. Hei Ramli,
lebih baik engkau pergi bantu bapak engkau
kat laut sane, cari ikan.
Ramli : Mak..joged dangkong tu kan
budaye kite Mak, budaye Melayu, siape lagi yang
akan melestarikannya kalau bukan kite-kite
nih.
Mak
Piah : Hah jangan banyak cakaplah
engkau. Mak pula yang hendak engkau
ajar.
Cepatlah engkau berambus dari rumah ni.
Ramli : Ye..ye Mak.... (sambil keluar dari kamarnya)
Cut To
03
- EXT - Pelantar Kayu - Sore Hari
Cast
: Ramli
Ramli baru saja keluar dari
rumahnya sambil mengaruk garuk kepala. Tak lama kemudian ia berjalan sambil
berjoged tanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya.
Cut To
04
- INT - Kedai Kopi - Sore Hari
Cast
: Wan Karim, Leman, Sapar, Mahmud
Sejumlah orang sedang berbincang
bincang sambil minum kopi. Tiba-tiba obrolan mereka terhenti saat melihat Ramli
asyik berjoged sambil berjalan di pelantar. Serentak mereka tertawa terbahak
bahak.
Wan
Karim : Woi lihat tuh, kelaku si
Ramli. Macam dah gile aje die belajar joged dangkong
tuh...
Leman : Iye ye.. mungkin budak tuh
kesampok kat laut sane.
Sapar : Ah tak mungkin kesampoklah.
Mungkin budak tuh sedang latihan. Awak ni ade
ade aje
Mahmud : Ye..latihan sih latihan. Tapi kelakunye
macam dah gile aje.ha..ha..
Sapar : Mike tuh macam tak tau aje.
Orang kalau dah hobi tak kenal waktu tau. Apalagi
joged
dangkong tuh memang mengasyikkan. Biar
jelah budak tu latihan, jangan
diganggu.
Cut To
05
- EXT - Depan Kedai Kopi - Sore hari
Cast
: Ramli
Ramli sedang asyik berjalan sambil
berjoged. Orang-orang yang berpapasan dengannya hanya geleng-geleng kepala
melihat tingkah laku Ramli. Ramli melintasi sebuah kedai kopi.
Cut To
06
- INT - Kedai Kopi - Pagi Hari
Cast
: Ramli, Wan Karim, Leman, Sapar, Mahmud
Orang-orang yang duduk di kedai
kopi segera bersorak memanggil Ramli. Ramli masuk ke kedai kopi dan menghampiri
mereka. Merekapun bersalaman
Mahmud : Woi Ramli, awak nak ke mane? Ngopi
dululah..
Wan
Karim : Awak ni macam sibuk sangat
mengurus joged dangkong tuh. ha..ha...
Ramli : Ah tak juge. Saye cume agak
pening memikirkan langgam joged yang nak
ditampilkan besok.
Mahmud : Tak usah dipikir sangatlah kawan.
Setahu saye langgam joged dangkong tuh dari
dulu sampai zaman sekarang ini itu itu
aje...tak ade yang berubah
Sapar : Lagi pule penari joged dangkong
tu kan cume perempuan Ramli. Kenape pule
awak ikut ikutan?
Ramli : Itu dulu kawan. Sekarang zaman
dah berubah. Penari joged dangkong bisa
laki
laki dan perempuan. Joged dangkong juge sudah menyesuaikan diri sebagai
seni pertunjukan yang moderen.
Wan
Karim : Suke awaklah. Entah buaya
entah katak. Entah iye entah tidak cakap awak tuh.
Ramli : Makenye, mike-mike ni jangan
duduk kat kedai kopi saje, jadi tak tau
perkembangan zaman. Sudahlah,
saye nak pergi latihan ke rumah Mak
Joyah dulu ye. Mau latihan joged dangkong.
Leman : He eh..awak belum pesan kopi.
Minum kopi dululah..kopi..kopi...
Ramli : Tak ape. Lain kali je. Saye
tergesa - gesa nih, dah ditunggu budak
budak
sanggar. Assalammualaikum.
Cut To
07
- INT - Kedai Kopi - Sore Hari
Cast
: Wan Karim, Leman, Sapar, Mahmud
Keempat orang itu membicarakan
Ramli. Masing-masing mengeluarkan pendapatnya tentang Ramli dan joged dangkong
Leman : Ramli..Ramli. Macam-macem je
kelaku budak tuh.
Mahmud : Ye tapi ade baiknye juge die macam
tuh...
Sapar : Baik macam mane Mahmud. Saye
pikir tak ade gunenye joged dangkong tuh...
Karim : Ye..buang-buang waktu je. Lagian
si Ramli tu kan sarjana? untuk ape die
sekolah tinggi-tinggi?
Mahmud : Hei Sapar.. joged dangkong tu
sekarang dah hampir punah. Masih untung ade
Mak Joyah dan Ramli serta teman-temannya yang
mau melestarikannya. Soal
sarjana atau tidak tak ade hubungannya dengan
joged dangkong tuh kawan.
Lagian di kampong kite nih banyak juge
sarjana yang nganggur, nyondong
udang kat laut sane
Cut To
08
- EXT - Pelantar - Sore Hari
Cast
: Pak Dulah (Bapak Ramli)
Bapak Ramli (Pak Dulah) sedang
menambatkan perahunya di sebuah tiang persis di dapur belakang rumahnya. Ia
baru saja pulang dari mencari ikan. Setelah berkemas-kemas ia segera menaiki
dapur rumahnya.
Cut To
09
- INT - Dapur Rumah - Sore Hari
Cast
: Pak Dulah dan Mak Piah
Pak Dulah memasuki dapur rumahnya.
Ia segera meminum segelas air dan memanggil istrinya.
Pak
Dulah : Rapiah...oi Rapiah...
Mak Piah memasuki dapur sambil
menjawab panggilan suaminya
Mak
Piah : Ye bang, dah balek bang.
Banyak dapat ikan bang? (sambil memeriksa
bawaan
suaminya)
Pak
Dulah : Adelah sikit...udang
sepululuh kilo. Awak ambiklah buat
masak, sisenye nanti
suruh si Ramli antar ke toke Aleng.
Mak
Piah : Alah Bang...anak awak tuh
mane ade di rumah. Die sibuk nak latihan joged
dangkong je. Untuk ape ijazah sarjane
die tu. Dah berbuih mulut saye nih suruh
die cari kerja. Tapi tak dihiraukan die
Pak
Dulah : Biar je lah Mak. Selagi itu
kegiatan positif biarkan aje...
Mak
Piah : Positif ape bang? joged
dangkong tuh positif menurut abang? Anak kite tuh
sarjana bang... Lagipula sudah banyak orang
yang nanya-nanya die, hendak
dijadikan menantu. Dari segi umur die tuh dah
patut berkeluarga bang. Teman-
temannye dah pade kawin semue..liat tuh si Leman,
Karim, dah due anak
mereka...emang abang tak nak menimang cucu?
Pak
Dulah : Ya tentulah. Tapi mungkin si
Ramli belum bertemu jodohnye. Sabar ajelah
Piah... Ya udah. Abang nak ke kedai Toke
Aleng dulu. Nak jual udang.. (sambil
berlalu dari dapur)
Cut To
10
- EXT - Beranda Rumah - Sore Hari
Cast
: Mak Piah dan Cik Leha
Mak Piah sedang mengangkat
jemurannya. Cik Leha lewat dan menyapa Mak Piah. Mereka berdua terlihat asyik
mengobrol
Cik
Leha : Dah kering tuh bajunye.
banyak betul cucian awak Rapiah?
Mak
Piah : Ehh...Saleha..taklah cume sikit
je. Biaselah cume baju si Ramli yang banyak
Cik
Leha : Makenye Piah..cepatlah awak
carikan anak bujang tuh bini. Biar kerjaan awak
berkurang. Kapan lagi awak nih
menimang-nimang cucu...
Mak
Piah : Itulah Leha.. dah sakit
kepale hotak saye nih memikirkan anak bujang saye yang
satu tuh.... Saban hari die sibuk nak latihan
joged dangkong je..
Cik
Leha : Eh Piah..anak bujang engkau
tuh ikut joged dangkong Mak Joyah ye
Mak
Piah : Ye siape lagi. Emang ade
sanggar joged dangkong yang
lain di kampung kite nih
selain sanggar Mak Joyah tuh...
Cik
Leha : Saye cume mengingatkan awek
je. Hati-hati dengan anak bujang awak tuh. Mak
Joyah tuh sejak ditinggal mati lakinye,
kelakunye dah macam-macam
Mak
Piah : Ah yang benar aje Leha.
Emang Mak Joyah tu kenapa?
Cik
Leha : Eh awek tak tau ya? Mak
Joyah tuh dah main gile dengan pemain biolanye
sendiri. Laki orang...
Mak
Piah : Ah masak sih?
Cik
Leha : Makenye awak tuh jangan di
rumah je. Nah sekarang Mak Joyah tuh dah nikah
dengan
pemain biolenye itu. Mungkin Mak Joyah tuh ade ilmu kali ye. Die
tinggal serumah dengan madunye...
Mak
Piah : Ah gak mungkin. Mane ade
perempuan yang rela dimadu dan tinggal serumah
lagi
Cik
Leha : Apenye yang gak mungkin
Rapiah. Saye lihat sendiri kok. Kalau tak percaye.
awak tengoklah ke rumah Mak Joyah tuh.
Malahan madunye itu ikut-ikutan jadi
penari joged dangkong Mak Joyah. Ya udah saye
permisi dulu ye. Nak antar
uang arisan ke rumah Cik Zainab dulu. Assalamualaikum...(sambil berlalu)
Cut To
11
- EXT - Halaman Rumah Mak Joyah - Sore Hari
Cast
: Mak Joyah, Mak Piah, Ramli, Pemain Sanggar
Mak Joyah sedang asyik latihan
joged dangkong dengan anak-anak sanggarnya. Tiba-tiba Mak Piah muncul
berteriak-teriak sambil memanggil Ramli pulang
Mak
Piah : Ramli..Ramli..cepat engkau
pulang...
Ramli : Ade ape Mak? Mak kok
teriak-teriak macam tuh...
Mak
Piah : Ah..engkau jangan banyak
tanya. Cepat pulang!!!
Melihat kedatangan Mak Piah, Mak
Joyah segera menghampiri tamunya
Mak
Joyah : Eh Cik Rapiah rupenye. Mari
sile masuk ke rumah dulu. Kenape buru-buru
sangat...
Mak
Piah : Ye saye buru-buru. Saye tak
ade waktu. Lain kali aje. Saye nak jemput Ramli...
Mak
Joyah : Oh..nak jemput Ramli. Sile
aje Cik Rapiah. Tapi kalau boleh tunggu
sekejap..kami ni sedang latihan...
Mak
Piah : Eh...Joyah..saye tak ade
urusan dengan joged dangkong awak tuh. Saye punya
hak dengan anak saye...Ramli!! cepat engkau
balek pulang...
Mak
Joyah : Oh kalau begitu ye lah.
Ramli cepat lah engkau balek pulang dengan Mak
engkau ni....
Ramli : Ye mak. Ramli balek dulu ye
Mak. Assalamualaikum. (sambil mencium tangan
Mak Joyah)
Cut To
12
- EXT - Lorong Kampung - Sore Hari
Cast
: Mak Piah, Ramli dan orang-orang lewat
Mak Piah dan Ramli sedang berjalan
di sebuah lorong kampung. Ramli meronta-ronta melepaskan tangannya diseret oleh
Mak Piah. Mereka berhenti sejenak.
Ramli : Mak lepaskan tangan Ramli. Mak
kenape sih, marah-marah macam tuh...
Mak
Piah : He Ramli!! awak dengar
cakap Mak ye. Mulai detik ini engkau tak boleh lagi
latihan joged dangkong same Mak Joyah tuh.
Ramli : Iye. Tapi kenape Mak?
Mak
Piah : Mak tak suke engkau bergaul
dengan perempuan macam tuh. Ape tuh kerje Mak
Joyah tuh. Merusak rumah tangga orang.
Mengambil laki orang...
Ramli : Mak..Mak Joyah tuh tak seburuk
yang mak kire. Justru Mak Joyah tuh berbuat
macam tuh untuk membantu keluarge Pak Daud
dan istrinye Cik Munah
Mak
Piah : Ah tak perlu Mak Joyah tu
engkau bela-bela. Mak dah tau cerite semuanye.
Bahkan seluruh orang kampong nih dah tau
kelaku Mak Joyah tuh. Cepatlah
engkau jalan!!!
Cut To
13
- EXT - Rumah Mak Joyah - Sore Hari
Cast
: Mak Joyah, Pak Daud, Cik Munah, dan anak-anak sanggar
Mak Joyah sedang mengakhiri proses
latihan joged dangkong dengan anak-anak sanggarnya
Mak
Joyah : Ya udah. Cukup latihan kite.
Besok pagi kite siap-siap latihan di gedung daerah,
untuk persiapan
tampil besok malam
Anak-anak sanggar mulai bubar. Satu
persatu menyalami Mak Joyah. Ada di antara mereka yang menanyakan mengenai
kostum yang hendak dikenakan pada penampilan besok malam
Anak
Sanggar 1 : Besok malam kite
tampil pakai kebaya yang lame je Mak?
Mak
Joyah : Ye. Karena kite belum ade duit untuk menyewa kostum,
jadi pakai
kebaya yang kuning je ye...
Anak
Sanggar 2 : Ah Mak. Kebaya yang
kuning itu dah sempit same saya Mak...
Anak
Sanggar 3 : Lagian kebaye yang
kuning tu warnenye dah pudar Mak...
Anak
Sanggar 4 : Ganti-ganti dong Mak.
Setiap kite tampil kebayenye itu-itu aje...kite kan
malu Mak..
Mak
Joyah : Yah..kalian sabarlah. Untuk sementara tak ape kite
pakai kebaye yang
kuning tuh. Lagian orang kan tak melihat
kebaye kite. Tapi joged kite..
itu yang penting..
Anak
Sanggar 1 : Ye lah Mak. kami
balek dulu. Assalamualaikum...
Cut To
13
- EXT - Rumah Mak Joyah - Sore Hari
Cast
: Mak Joyah, Pak Daud dan Cik Munah
Setelah anak-anak sanggar pergi,
Mak joyah termenung sendirian. Wajahnya kelihatan sedih. Pak Daud menghampiri
Mak Joyah
Pak
Daud : Sudahlah Joyah, tak perlu
engkau pikirkan sangat kelaku Rapiah tadi
Mak
Joyah : Bang..saye cume risau
memikirkan kelangsungan sanggar kite nih. Semangat
anak-anak semakin hari semakin menurun.
Jemputan untuk main pun kian sepi.
Kite semakin tergilas dengan kesenian
moderen. Orang lebih suke nonton organ
tunggal daripade joged dangkong nih...
Pak
Daud : Joyah..serahkan saje semuenye
kepada yang maha kuase. Kalau rejeki tak kan ke
mane?
Mak
Joyah : Insya Allah Bang. Setiap
shalat saye tak pernah lupe berdoa kepade Allah
SWT...Tapi yang saye risaukan, satu persatu
anak-anak sanggar kite ni pergi.
Lama kelamaan kite tak ade penari lagi bang...
Cik Munah datang menghampiri dan
ikut menimpali pembicaraan Mak Joyah dan Pak Daud
Cik
Munah : Maaf Kak. Mungkin anak-anak
sanggar ni pergi karena kehidupan rumah tangga
kite nih. Sebab saye dengar ibu-ibu di
kampong kite nih asyik nak
membicarakan keluarge kite je..
Mak
Joyah : Eh Munah..hal itu jangan
engkau sebut-sebut lagi. Biarkan je orang-orang tuh
bicare. Yang jelas kite tidak melanggar agame. saye dan
laki engkau menikah
secara sah. Lagian engkau ikhlas menerima
kehadiran saye sebagai madu. Dan
saye pun ikhlas mengajak awak dan anak-anak
untuk hidup serumah. lagipule
sayekan tak punye anak. Ape salahnye???
Cik
Munah : Tapi kak...
Mak
Joyah : Sudahlah Munah, tak perlu
awak risaukan cakap orang-orang tuh. Sudahlah
awak pergi je belanje ke kedai sekejap buat
makan kite nanti malam...
Pak
Daud : Oh ye Joyah..saye nak cari
ketam dulu ye..
Mak
Joyah : Ye bang. Hati-hati ye
bang...
Pak
Daud : Assalamualaikum...(sambil berlalu)
Cut To
14
- INT - Kamar Mak Joyah - Malam Hari
Cast
: Mak Joyah
Mak Joyah sedang asyik melipat
kain. Ia termenung. Pikirannya menerawang pada kenangan masa lalu saat Cik
Munah meminta ia untuk menjadi madunya.
15
- EXT - Halaman Rumah Mak Joyah - Malam Hari
Cast
: Mak Joyah, Cik Munah dan Pak Daud
Saat itu ia baru saja pulang
dibonceng Pak Daud dari acara pementasan joged dangkong. Cik Munah ternyata sudah
menunggu di depan rumahnya
Mak
Joyah : Eh Munah..ade ape engkau
malam begini. Engkau nak menjemput Bang Daud
ye...
Cik
Munah : Ah tidak Kak. Saye nak cakap
sesuatu yang penting dengan Kak Joyah...
Mak
Joyah : Ah penting sangat kayaknye.
Ayolah masuk..
Cut To
15
- INT - Ruang Tamu Rumah Mak Joyah - Malam Hari
Cast
: Mak Joyah dan Cik Munah
Mak Joyah segera mengajak Cik Munah
masuk ke rumahnya. Sedangkan Pak Daud hanya menunggu di luar rumah
Mak
Joyah : Duduklah dulu. Tunggu
sekejap ye. Saye ambil minum dulu. Awak mau minum
ape Munah?
Cik
Munah : Ah tak perlu repot-repot kak.
Saye cume sekejap je...
Mak
Joyah : Baiklah kalau gitu. Awak cakaplah,
biar saye dengar...
Cik
Munah : Begini kak. Sudah lame
terpikir bagi saye. Terutame sejak Bang Daud ikut
bergabung di sanggar Kak Joyah...
Mak
Joyah : Oh tentang Bang Daud. Kan
setiap main selalu saye kasih honornye. Memang
kerja di sanggar saye nih sering pulang
malam. Apalagi kite tampilnye juge
sering malam-malam... Tapi, ape Bang Daud tak
pernah kasih honornye same
awak?
Cik
Munah : Bukan itu kak? soal honor itu
saye berterima kasih sekali same Kak Joyah.
Karena
sudah membantu ekonomi rumah tangge kami. Selame ini Bang
Daud kan tidak kerja Kak. Cume nyari-nyari ketam
je..
Mak
Joyah : Atau honornye kurang ye?
Memang sih..honornye tak seberape Munah, hanya
untuk tambah-tambah biaye dapur je... Tapi itu
semue tergantung kepada biaya
jemputan yang kami terima. Kalau jemputannya
besar maka besar pula honor
kami. Tapi kalau jemputannya kecil, maka
kecil pula honor yang diterima...
Maklumlah Munah, sekarang joged dangkong nih
dah semakin terpinggirkan. Masih untung ade orang yang mau mengundang kite...
Cik
Munah : Kak Joyah..maksud saye bukan
membicarekan soal honor tu. Tapi maksud saye
tuh hendak membicarekan tentang kite...(menghela nafas sejenak). Begini Kak,
saye mohon maaaf jike permintaan saye nih
melukai hati kakak. Kakak jangan marah ye...begini Kak, saye ikhlas
dimadu same kakak...
Mak
Joyah : Ape? Awak sadar tak cakap
macam tuh Munah?
Cik
Munah : Ye Kak. Saye sadar. Saye
ikhlas kakak menikah dengan Bang Daud. Saye rela
demi menghindari gunjingan-gunjingan orang.
Lagipula selama ini kakak telah
membantu ekonomi keluarge kami
Mak
Joyah : Eh Munah...saye tak bise
terima rencane gile awak ni..
Cik
Munah : Ini bukan rencane gile kak.
Mungkin saje kite lakukan. Dalam agame kite pun
tak ade larangan bagi seorang laki-laki
beristri lebih dari satu... Tolonglah Kak,
bantu saye..bantu keluarge kami...
Mak
Joyah : Baiklah Munah..beri waktu
saye untuk berpikir selama satu minggu. Jike
permintaan engkau ni saye terima, saya juge
mengajukan persyaratan kepada
engkau..
Cik
Munah : Ape itu syaratnya Kak. Insya
Allah selagi mampu akan saye penuhi...
Mak
Joyah : Syaratnye adalah..engkau dan
anak-anak engkau harus tinggal serumah dengan
saye. Bawa anak-anak engkau tinggal di sini.
Anak-anak engkau tuh berarti anak
saye juge...
Cik
Munah : Insya Allah Kak, akan saye
penuhi syarat kakak tuh.. Jike kakak sudah menikah
dengan Bang Daud, make saye dan anak-anak saye akan tinggal
di sini. Saye
pamit dulu ye Kak. Assalamualaikum. (Mak Joyah dan Cik Munah berpelukan)
Cut To
16
- INT - Ruang Tamu - Pagi hari
Cast
: Pak Daud, Mak Joyah, Cik Munah, dan Tamu-tamu
Suasana pernikahan Mak Joyah dengan
Pak Daud
Cut To
17
- INT - Kamar Tidur Mak Joyah - Malam Hari
Cast
: Mak Joyah dan Pak Daud
Mak Joyah tersenyum-senyum sendiri
mengenang masa lalunya. Lamunan Mak Joyah buyar saat Pak Daud memasuki kamar
Mak
Joyah : Eh Abang. Dah balek nyari
ketam. Banyak dapat ketamnye bang...
Pak
Daud : Lumayanlah..ade sekitar
tujuh kilo. Abang nak baring-baring dulu sekejap
ye...(segera
berbaring di tempat tidur)
Mak
Joyah : Eh tunggu dulu Bang. Abang
salah masuk kamar. Sekarang kan hari Rabu. Jadi
abang
tidur same Munah di kamar sebelah. Jangan di sini. Abang salah masuk
kamar...
Pak
Daud : Oh iye ye. Abang sampai lupe
hari. Abang ke sebelah dulu ye... (sambil
pergi
keluar kamar)
Cut To
18
- EXT - Pelabuhan Sri Bintan Pura - Siang
Cast
: Nadine, Porter, Ramli, Tukang Ojek, Orang-orang
Nadine, seorang gadis asal Belanda
baru tiba di Pelabuhan Sri Bintan. Ia celingak celinguk kebingungan sambil
mengamati peta yang ada di tangannya. Seorang tukang ojek berusaha membantu
dengan bahasa Inggris seadanya
Ramli :
Excuse me, can I help you?
Nadine : No, thank you
Sementara tukang ojek lainnya
berusaha menimpali sambil mengolok olok temannya
Tukang
Ojek 2 : Woi Ramli, awak cakap
apa? mana ngerti die tuh
Tukang
Ojek 3 : Ha..ha.. Ramli, awak
sekolah di pokok bambu aje dah berani bahasa Inggris,
tambah bingung si bule tuh
Tukang
Ojek 4 : Ramli, Ramli... Engkau
cari ajelah penumpang yang lain. Nanti engkau bingung,
die pun bingung, ha..ha...
Namun Ramli tidak putus asa. Ia
kembali mendekati Nadine yang masih asyik mengamati peta di tangannya
Ramli : Where do you want to go. I can bring you
there. Free, you don't pay. I just help
you
Nadine yang sedang mengamati
petanya, menoleh ke arah Ramli. Ia tertegun seakan tak percaya dan berusaha
meyakinkan
Nadine : Are you seriously?
Ramli : Yes I am seriuslah....you don't
believe me. I ni orang baek. Good man..god man..
you know?
Nadine : OK, kalau macam tu?
awak tau kuburan kerkof? Awak antar saye ke sane
Ramli dan tukang ojek lainnya
terperangah saat mengetahui bule tersebut bisa berbahasa Melayu
Ramli :
Alamak..Awak bise cakap Melayu ye?
Tukang
Ojek 2 : Ha..ha..Ramli tertipu
engkau. Ternyata die bise cakap Melayu
Tukang
Ojek 3 : Hebat, mungkin die ni
bukan sembarang bule. Hati-hati engkau
Ramli
Nadine hanya tersenyum kecil sambil
menaiki sepeda motor Ramli
Nadine : Saye bise cakap Melayu
sikit-sikit. Karena leluhur saye orang sini. Sudahlah,
jadi tak awak
antar saye ke kuburan kerkof tuh
Ramli : Ya Jadilah. Saye ni budak
Melayu asli, pantang mengingkari janji. Sekali layar
terkembang, pantang berbalik surut. Ok non
let's go...
Tukang ojek lainnya hanya tertawa
melihat tingkah Ramli. Ramli segera menghidupkan sepeda motornya. Mereka berdua
melaju menuju kuburan kerkof yang terletak di Jalan Kamboja Tanjungpinang
Cut To
19
- EXT - Kuburan Kerkof - Siang Hari
Cast
: Nadine, Ramli, Penjaga Kuburan
Nadine tiba dengan Ramli
berboncengan dengan sepeda motor. Setelah memarkirkan sepeda motor, mereka
berdua memasuki areal pekuburan Kerkof.
Ramli : Nah kite dah sampai. Ini die
kuburan Kerkof tu. Ini kuburan orang Belanda
zaman dahulu
Nadine langsung turun dari sepeda
motor dan mengamati plang nama yang terdapat di areal pekuburan Kerkof
Nadine : Oh ya, ternyata
pekuburan ini masih terjaga dan terawat dengan baik.
Hm..pemerintah Indonesia ternyata sangat
perhatian juga, walaupun ini adalah
kuburan orang Belanda yang menjajah mereka
dahulunya
Ramli : Ya seperti yang kamu lihat.
Yang jelas bangsa kami tidak dendam. Walaupun
kami pernah dijajah sampai ratusan tahun.
Eh..ngomong-ngomong, di sini
kuburan siapa?
Nadine : Kakek buyut saye. Namanya
Sebastian. Kakek buyut saye tuh seorang arsitektur.
Dulu die menikah dengan orang sini, nenek
buyut saye. Namanya Siti
Maimunah. Nenek Buyut saye ni mempunyai dua
orang anak perempuan, yaitu
Siti Baheram dan Siti Rubiah. Dari Siti Baheram
inilah lahir Ibu saye, yaitu Siti
Payung namenye
Ramli : Oh..terus?
Nadine : Ketika itu di seluruh
nusantara sedang terjadi pergolakan perjuangan
kemerdekaan. Karena khawatir dengan keselamatan
keluarganya, kakek buyut
saye mengungsikan seluruh keluarganya ke Belanda.
Rencananye kakek buyut
saye akan menyusul kemudian. Namun takdir
berkate lain, ia sakit dan
meninggal di tanah Melayu ini.
Ramli : Terus kenape nenek buyutmu tak
balek lagi ke sini.
Nadine : Awak ni banyak tanya.
Ingin tau aja. Ya nenek buyutku sempat balek sebentar
mengurus pemakaman kakek buyutku. Tapi kemudian
balek lagi ke Belanda
karena anak-anaknya sudah bersekolah di
Belanda.
Ramli : Lalu terus?
Nadine : Setelah menyelesaikan
sekolah, kedua nenekku tadi, yaitu Siti Baheram dan Siti
Rubiah menikah dengan orang Belanda. Siti
Baheram melahirkan seorang anak
perempuan, Siti Payung, yaitu Ibuku. Ibuku
juga menikah dengan orang
Belanda, ayahku bernama Van Der Scott. Meski
kami menetap di Belanda, Ibu
dan Nenek sehari-hari tetap bercakap dengan
bahasa Melayu. Makenye, saye
mengerti cakap awak tu?
Ramli : Oh macam tu, Ya saye ngerti.
Berarti awak ni, bukan Belande tulen, Belayu,
alias Belanda Melayu, ha..ha...Mak dare
memasak lele. Lele dimasak di atas
kayu. Awak kire die memang bule. Tapi ternyate gadis Melayu...
Nadine : Terima kasih, terima kasih.
Awak baek sekali. Saye seperti bertemu dengan
sanak saudare sendiri.
Ramli : Eh..non Bule, kite ni memang
bersaudare. Cume rambut awak je yang pirang.
Tapi darah awak tu darah Melayu. Nah sesame
Melayu adalah bersaudare.
Ngomong-ngomong name awak sebenarnye siape?
Ramli dan Nadine berjabat tangan
Nadine : Name saye Nadine,
awak?
Ramli : Saye Ramli Sulaiman
Nadine : Hmm..nama yang bagus.
Baiklah Ramli, karena hari sudah sore, sekarang awak
antar saye ke hotel. Besok saye nak pergi ke
Pulau Basing. Menurut cerita Nenek
saya,
kakek Buyut saya tuh sempat membangun sebuah penjara di Pulau itu.
Ramli,
awak tau tak di mana letak pulau Basing tuh?
Ramli : Ya tau lah...besok saye akan
antar awak ke Pulau Basing tuh. Tapi awak harus
bayar ojek saye. Tidak gratis
lagi ye.
Nadine : Ok saye akan bayar
sewa sewa ojek awak. Don't worry Ramli,
bahkan jasa
awak pun akan saye bayar...
Ramli : Deal. Nah sekarang awak nak
menginap di hotel mane? mau hotel yang
berbintang atau hotel kelas melatipun ade di
Tanjungpinang nih...
Nadine : Hmm..sebenarnye saye dah
bosan tidur di hotel. Tak ade yang menarik. Kalau bisa saya mau menginap di rumah-rumah penduduk.
Tapi saye tak ade keluarge di sini...
Ramli : Gini aje..bagaimane kalau awak
tidur di rumah saye aje? Mau tak?
Nadine : Rumah kamu? Hm..boleh
juga. Jauh gak dari sini? Berapa sewanya
per hari?
Ramli : Tak jauhlah...dan sewanya tak
mahal kok. Seikhlas awak membayar berape aje.
Ayolah kite
ke rumah saye
Cut To
20
- EXT - Pelantar - Sore Hari
Cast
: Ramli dan Nadine
Ramli dan Nadine sedang
berboncengan dengan sepeda motor menyusuri pelantar kayu
21
- EXT - Pelantar - Sore Hari
Cast
: Ramli, Nadine dan Mak Piah
Ramli dan Nadine sampai di rumah.
Ramli langsung berteriak-teriak memanggil Mak Piah
Ramli : Mak..Mak.Ramli bawa tamu
nih..Mak..Mak buka pintu Mak..
Mak Piah segera membuka pintu dan
keluar dari rumahnya. Ia terheran-heran memandang Nadine.
Ramli : Mak..Ramli bawa bule. Ini
Nadine Mak. Bule dari Belande. Dia mau
menginap
di rumah kite. Jangan khawatir Mak. Die bayar
sewanye...
Mak
Piah : Eh Ramli, engkau boleh bawa
bule darimane aje ke rumah kite nih. Asal jangan
bule dari Belande...
Cut To
22
- INT - Ruang Tamu - Sore Hari
Cast
: Ramli dan Mak Piah
Mendengar perkataan Maknya, Ramli
merasa malu dengan Nadine. Ia segera menarik tangan Mak Piah ke dalam rumah
Ramli : Mak jangan cakap macam tuh.
Malu saye same bule tuh. Die ngerti cakap
Melayu Mak... Emangnye kenape dengan bule
Belande Mak...
Mak
Piah : Mak tak suke dengan orang
Belande tuh. Mereka itu penjajah. Ratusan tahun
mereka mengisap darah bangse kite. Tak gune
kite berbaik-baik dengan bangsa
macam tu...
Ramli : Mak..Mak itu kan dulu Mak.
Sekarang kan zaman sudah berbeda.. lagipule
Nadine itu Maknye orang Melayu...bangse kite..
Ya sudahlah, kalau Mak tak
berkenan tak ape-ape...
Cut To
23
- EXT - Depan Rumah - Sore Hari
Cast
: Ramli, Mak Piah, dan Nadine
Ramli segera keluar dari rumahnya.
Ia menghampiri Nadine
Ramli : Nadine maaf ye, kamar di rumah
kami dah penuh. Kite cari tempat yang lain je
ye...
Nadine : Oh ya tak apa. Tapi boleh
gak saya menumpang shalat ashar dulu. Soalnye saye
belum shalat nih...
Mak Piah dan Ramli terperangah
mendengar permintaan Nadine. Mereka berdua berpandangan dan terdiam sejenak.
Ramli : Jadi awak muslim ye?
Nadine : Insya Allah..sebagai orang
Melayu, akidah kami belum berganti, walaupun
tinggal di negeri Belande sane.
Mak
Joyah : Kalau gitu cepatlah awak
shalat. ari dah semakin petang. Nanti habis waktu
ashar...(Mak
Joyah membuka pintu rumahnya lebar-lebar)
Cut To
24
- INT - Ruang Tamu - Sore Hari
Cast
: Nadine
Nadine sedang khusuk melaksanakan
shalat Ashar. Usai melaksanakan shalat ia menadahkan tangannya sambil berdoa.
Cut To
25
- INT - Ruang Tamu - Sore Hari
Cast
: Nadine, Ramli dan Mak Piah
Usai melaksanakan shalat, Nadine
berpamitan dengan Mak Piah. Mak Piah hanya tersenyum kecut, malu kepada dirinya
sendiri. Sikapnya sudah mulai berubah kepada Nadine
Nadine : Mak Nadine pamit dulu
ye. Terima kasih atas tumpangan shalatnya...
Mak
Piah : Oh ye..ye..non. Tak ape.
Maaf ye, Mak tak tau bahwa non orang Melayu...
Nadine : Ye Mak. Nadine juge
mohon maaf telah merepotkan Mak. Nadine permisi ye
Mak. Assalamualaikum (sambil mencium tangan Mak Piah dan menaiki motor Ramli)
Mak
Piah : Hati-hati ye. Ramli engkau
pelan-pelan bawa motor tu ye. Eh nanti kalau tak
dapat hotel,
balek aje ke sini. Tidur same Mak aje...
Ramli : Ah Mak, dah telat Mak...nasi
dah jadi bubur...Saye pergi dulu ye Mak. Assalamualaikum....
Cut To
26
- EXT - Depan Rumah Mak Joyah - Sore Hari
Cast
: Ramli dan Nadine
Ramli dan Nadine baru saja tiba di
rumah Mak Joyah. Mereka berdua mengetuk pintu rumah Mak Joyah.
Ramli : Assalamualaikum...Mak..Mak..
Terdengar suara dari dalam rumah
Mak
Joyah : Ye siape tuh...
Ramli : Ramli Mak...
Mak
Joyah : Oh engkau Ramli, tunggu
sekejap ye...
Cut To
27
- INT - Ruang Tamu - Sore Hari
Cast
: Mak Joyah, Cik Munah, Ramli dan Nadine
Mak Joyah membuka pintu rumahnya
dan mempersilakan tamunya masuk. Ramli dan Nadine langsung mencium tangan Mak
Joyah dan Cik Munah. Mak Joyah dan Cik Munah terpana memperhatikan Nadine
Mak
Joyah : Masuklah. Eh Ramli, siape
nih. Agaknye bukan
bangse kite yang engkau bawa nih...
Ramli : Ini Nadine Mak. Die dari
Belande. Tadi sore habis menziarahi kuburan
kakeknye,
kat kerkof sane...
Mak
Joyah : Oh Bule Belande rupenye.
Jadi maksud engkau nak bawa die ke sini untuk ape?
Ramli : Jadi begini Mak. Awalnye Nadine
ini adalah penumpang ojek saye. Setelah
bercakap-cakap ternyata Mak Nadine ini adalah
orang Melayu. Nah die tidak
mau menginap di hotel. Die mau menginap di
rumah-rumah penduduk katenye.
Makenye saye bawe di ke sini. Jangan khawatir
Mak sewa kamar die bayar...
Mak
Joyah : Ramli..Ramli. Apa mungkin
dia mau tidur di rumah Mak yang jelek ini.
Lagipula Mak tak bise cakap Belande tuh...
Ramli : Jangan khawatir Mak, Nadine ini
bise cakap Melayu...die ngerti bahase kite
Mak...Eh Nadine awak ngomonglah...(sambil melirik ke arah Nadine)
Nadine : Iye Mak. kalau diizinkan,
saye akan menginap di sini barang sehari atau dua hari
aje..
Mak
Joyah : Kalau saye sangat senang
sekali jika non Nadine tinggal di rumah kami. Cume
kamar kami hanye...
Cik
Munah : Gini aje Kak. Biar Nadine
tidur di kamar saye aje. Sementara saye
dan anak-anak tidur di ruang tamu aje...
Mak
Joyah : Tapi...
Cik
Munah : Tak ape Kak. Kan cume sehari
dua hari aje...
Mak
Joyah : Kalau gitu baiklah...Tapi
rumah kami seperti ini ye. Harap dimaklumi aje...
Nadine : Tak ape Mak. Saye
sudah bersyukur sekali diperbolehkan menginap di sini
Cut To
28
- INT - Ruang Tamu - Tengah Malam
Cast
: Mak Joyah, Cik Munah dan dua anaknya
Mak Joyah menghampiri Cik Munah
yang sedang tidur lelap bersama dua anaknya yang masih kecil-kecil.
Mak
Joyah : Hei Munah..awak bangunlah.
Tidurlah di kamar saye. Bawa kedua anakmu
itu...Kasian mereka. Di sini dingin.
Cik
Munah : Oh ye Kak. Tak ape di sini
aje...
Mak
Joyah : Tak usah segan Munah. Kasian
anak-anakmu. Cepatlah bawe mereka masuk
ke
kamar..
Cik
Munah : Tapi nanti Bang Daud tidur
kat mane Kak?
Mak
Joyah : Bang Daud untuk sementara
tidur di bawah aje. Nanti kite berdue dan anak- anak
di atas tempat tidur...
Cut To
29
- INT - Ruang Tamu - Tengah Malam
Cast
: Cik Munah, Mak Joyah, dua orang anak kecil
Mak Joyah dan Cik Munah menggendong
anak kecil yang sedang tidur. Masing-masing menggendong anak masuk ke dalam
kamar tidur.
Cut To
30
- INT - Kamar Tidur - Tengah Malam
Cast
: Mak Joyah, Cik Munah, Dua anak kecil dan Pak Daud
Cik Munah dan Mak Joyah tertidur di
atas tempat tidur. Di antara mereka terdapat dua anak kecil yang tidur nyenyak.
Sementara itu Pak Daud tidur mendengkur di lantai kamar.
Cut To
31
- EXT - Di atas Perahu - Pagi Hari
Cast
: Nadine, Ramli dan Tukang perahu
Nadine dan Ramli sedang menuju
Pulau Basing dengan menyewa perahu. Mereka bercakap-cakap selama dalam perjalanan
Nadine : Eh Ramli, awak tau tak.
Betapa indahnya alam tanah Melayu nih...
Ramli : Ye saye tau. Tapi untuk ape
keindahan itu..toh selame ini tak bise dimakan.
yang dibutuhkan oleh masyarakat kite saat ini
adalah peningkatan ekonomi. Hal-
hal
yang menghasilkan duit...
Nadine : Awak jangan
salah..keindahan alam ini bise mendatangkan duit. Cume tinggal
kepada orang sini mengelolanye sehingga
turis-turis tertarik untuk datang ke
tanah Melayu ini.. Saye kire alam kite nih
tak kalah indahnye dengan Bali,
Hawai atau Pattaya di Thailand.
Ramli : Sudahlah Nadine jangan cakap
yang susah-susahlah. Pecah kepale hotak saye
nih memikirkan bahase awak tuh. Bagi saye
macam mane ojek saye tuh dapat
penumpang tiap hari..ya sudah...
Nadine : Ha..ha.pikiran awak
nih memang lugu sangat ye...
Cut To
32
- EXT - Pulau Basing - Pagi Hari
Cast
: Ramli dan Nadine
Nadine dan Ramli sudah tiba di
Pulau Basing. Nadine sibuk mencatat dan memotret puing-puing bangunan yang
masih tersisa di Pulau itu. Ramli hanya memperhatikan dengan heran.
Ramli : Eh Nadine..untuk ape awak foto
dan catat puing-puing tuh...Sebenarnye kerje
awak apa sih??
Nadine : Hm..Puing-puing
bangunan ini adalah bukti sejarah. Makanye perlu dicatat dan didokumentasikan...
Ramli : Ye tapi ape gunenye?
Nadine : Sangat banyak gunenye.
Misalnye untuk penelitian sejarah. Terus
untuk
pengembangan pulau ini ke depannya. Kenape
bangsa Belande sampai
mendirikan penjare di Pulau ini. Tentunye
dari segi keamanan, dan letak pulau
ini mempunyai nilai-nilai yang strategis bagi
pemerintahan saat itu. Nah saye
sebagai peneliti akan memberikan saran dan masukan
kepada pemerintah
atau pihak-pihak yang membutuhkan dalam pengembangan
pulau ini...
Ramli : Oh awak peneliti rupenye...
Nadine : Ok saye kire cukup.
Sekarang awak antar saye ke Pulau Penyengat. Di Belande
saye selalu mendengar nama pulau itu
disebut-sebut orang...
Cut To
33.
EXT - Pelantar Pulau Penyengat - Siang Hari
Cast
: Ramli, Nadine dan orang-orang lewat
Ramli dan Nadine baru sampai di
Pelantar Pulau Penyengat. Mereka beristirahat sejenak sambil minum teh di sudut
pelantar
Nadine : Ramli, apa yang menarik
dari Pulau Penyengat ini. Tolong awak
ceritakan
sejarah tentang pulau ini...
Ramli : (Berlagak seperti seorang guide) Ok Ladies and gentlemen. Welcome
to
Penyengat
Island. Dahulu Pulau yang berhadapan dengan Kuala Sungai Riau
ini
selalu menjadi tempat pemberhentian para pelaut yang lewat di kawasan ini terutama untuk mengambil air tawar. Konon
suatu ketika para pelaut yang sedang mengambil air tawar tersebut diserang oleh
sejenis lebah yang disebut Penyengat. Akibat serangan lebah tersebut, jatuh korban
jiwa dari pelaut.
Sejak saat itulah pulau ini dinamakan Penyengat
Indera Sakti dan selanjutnya
lebih
dikenal dengan Pulau Penyengat sampai
sekarang. Karena letaknya yang
cukup
strategis bagi pertahanan, Pulau Penyengat dijadikan Pusat
Kubu
pertahanan Kerajaan Riau oleh Raja Haji yang Dipertuan Muda
Riau
IV (termasyhur dengan gelar Raja Haji Syahid Fisabilillah/Marhum Teluk
Ketapang)
ketika melawan Belanda pada tahun 1782-1784.
Pada tahun 1803 Pulau Penyengat yang telah
dibina dari sebuah pusat
pertahanan menjadi negeri dengan segala
fasilitas yang memadai, dijadikan
mahar dari Baginda Raja Sultan Mahmud kepada Raja Hamidah atau Engku
Puteri, anak seorang yang dipertuan Riau yang
terkemuka yaitu Raja Haji
Fisabilillah atau Marhum Teluk Ketapang.
Selanjutnya pulau Penyengat menjadi
tempat kediaman resmi Para Yang Dipertuan
Muda Kerajaan Riau Lingga,
sementara Sultan (Yang Dipertuan Besar) berkedudukan
di Daik-Lingga. Ok
Ladies and gentlemen. Any Question?
Nadine : (bertepuk tangan mendengar penjelasan Ramli) Hebat..awak cocok sekali
menjadi guide...Ayo kita lihat situs-situs
sejarah di pulau ini...
Cut To
34
- EXT - Masjid Penyengat - Siang Hari
Cast
: Ramli dan Nadine
Ramli : Nah ini adalah Masjid Raya
Sultan Riau. Masjid ini didirikan
pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M) atas
prakarsa Yang Dipertuan Muda
IV, Raja
Abdurrahman (Marhum Kampung Bulang). Pada setiap penjuru masjid
dibangun menara tempat bilal menyeru adzan.
Selain menara terdapat 13 buah kubah yang
berbentuk seperti bawang putih.
Secara keseluruhan terdapat 17 buah menara
dan kubah atau dapat diartikan
sebanyak rakaat shalat fardlu bagi umat Islam
selama sehari semalam. Keunikan
bangunan masjid ini adalah terbuat dari
campuran tanah liat, kapur dan juga
putih telur sebagai penguat untuk
dinding/tembok.
Konon terdapat kisah bahwa pada masa tersebut
persediaan telur melimpah ruah.
Di dalam masjid terdapat mimbar antik yang
terbuat dari jati ukiran Jepara.
Konon dahulu adalah besi cor yang bersepuhan
emas dan kitab suci Al-Qur’an
yang tertulis tangan. Di dekat mimbar masih
teronggok seceper pasir yang
berasal dari Mekah, yang dibawa oleh Raja
Ahmad Engkau Haji Tua.
Selain itu, terdapat juga 2 (dua) Rumah Sotoh
(tempat musyawarah majelis
ta’lim antara ulama dan cendekiawan).
Diantara ulama yang pernah mengajar di
sini tercatat Syekh Ahmad Jabrati dan Syekh Muhammad al-Banjari.
Dari masjid inilah lahir tokoh-tokoh agama, penyair
dan pengarang. Salah
satunya
adalah Raja Ali Haji, pengubah soneta yang terkenal yaitu Gurindam
XII.
Nadine : Ramli, rasenye tak sie-sie
saye membayar awak sebagai guide saye.
Pengetahuan awak tentang situs-situs di Pulau
Penyengat ni cukup
lumayan. Awak belajar di mane?
Ramli : Belajar? Saye tak pernah
belajar. cume tau dari cerite orang tua-tua aje. Lagipule
saye sering bawa tamu ke Pulau nih..jadi
otomatis saye mesti tau untuk
menjelaskan sejarah pulau ini..ok..kite
lanjut ke tempat lainnya..
Cut To
35
- EXT - Situs Sejarah Lainnya - Siang Hari
Cast
: Nadine dan Ramli
Nadine dan Ramli melanjutkan kunjungan
ke tempat-tempat bersejarah di pulau Penyengat. Di antaranya, Gedung Tengku
Bilik, Makam Raja Jaafar, Istana Raja Ali Marhum Kantor, gedung mesiu, Benteng
Bukit Kursi, perigi putri, makam Raja Abdul Rahman, dan Makam Engku Putri
Cut To
36
- INT - Makam Engku Putri - Siang Hari
Cast
: Nadine dan Ramli
Nadine dan Ramli sedang
beristirahat di makam Engku Putri
Nadine : Kalau diperhatikan dari
cerita engkau tadi, berarti pemilik Pulau Penyengat ini
adalah Engku Putri Raja Hamidah itu ye..
Ramli : Yang jelas, pulau ini adalah
mahar perkawinannya dengan Sultan Mahmud Syah
III.
Nadine : Enak ye jadi Engku
Putri. Mahar perkawinannya aje sebuah pulau. Saye mau
jadi Engku
Putri...
Ramli : Eh Nadine Engku putri itu bukan
sembarang orang. Ia adalah anak Raja Haji
yang Dipertuan Muda Riau IV. Beliau sebagai
pemegang alat-alat pusaka
Regalia Kerajaan. Dalam adat istiadat, Engku Putri merupakan tokoh kunci
yang melegitimasi pengangkatan seorang
sultan.
Perkawinannya dengan Sultan Mahmud Syah III
merupakan simbol pemersatu
bagi pihak yang bertikai akibat praktek pecah
belah oleh pihak Belanda pada
masa perang Riau Belanda Tahun 1782-1784.
Nadine : Ya sudah. Sekarang awak
antar saye pulang ke rumah Mak Joyah. Siang ini saye
janji nak wawancara dengan orang tua tuh
mengenai joged dangkong.
Besok pagi awak jemput saye. Kite lanjutkan
berkunjung ke tempat-tempat
wisata lainnya di Tanjungpinang. Ok...
Cut To
37
- Rumah Mak Joyah - Sore Hari
Cast
: Mak Joyah, Mak Munah, Pak Daud, Nadine, anak-anak sanggar
Mak Joyah sedang membimbing
anak-anak sanggarnya. Mereka latihan joged dangkong. Sementara itu Nadine asyik
memotret dan mencatat proses latihan tersebut. Ia kemudian mewawancarai Mak
Joyah
Nadine : Mak...jadi sejarah
joged dangkong nih macam mane Mak?
Mak
Joyah : Dari cerite-cerita yang Mak
dengar dari orang tue-tue dulu, joged dangkong ini
berasal dari kata Dang yang berarti gendang
dan Kong yang berarti bunyi gong.
Tarian ini dulunye dimainkan di lingkungan
istane. Tapi sekarang karena
perkembangan zaman, jangankan di lingkungan istane, pade acare perkawinan
atau sunatan massal pun kami tampilkan
Nadine : Sudah berape lame Mak
membina sanggar joged dangkong nih..
Mak
Joyah : Perkare sanggar joged
dangkong nih merupakan warisan dari orangtue saye.
Setelah mereka meninggal saye yang
melanjutkan kehidupan sanggar ini. Suami
saye yang pertama, almarhum Wak Sidin juga merupakan penyanyi di sanggar
ini. Nah suami saye yang kedua ini, Pak Daud
tuh adalah pemain biolanye.
Karena tak ade penyanyi, terpakselah saya yang
nyanyi. Yah..sumbang-sumbang
dikit saye bantai je. Habis untuk menyewa
penyanyi kami tak ade duit. Sekarang
masalahnye, peminat joged dangkong nih
semakin berkurang. Saye khawatir
lama-kelamaan seni budaye ini akan hilang
Nadine : Ade berape anak-anak
muda yang bergabung di sanggar Mak sekarang ini?
Mak
Joyah : Dulu banyak, ada sekitar 20
orang. Tapi lama-kelamaan semakin berkurang.
Alasannya macam-macam. Mungkin mereka gengsi
belajar joged dangkong nih.
Termasuk si Ramli tukang ojek awak tuh. Tapi
kalau si Ramli karena dilarang
oleh Mak die. Padahal si Ramli itu merupakan koreografer joged yang Mak
andalkan. Tapi ya sudahlah...
Nadine : Untuk sekali jemputan,
berape biaya yang dipatok oleh sanggar ini Mak?
Mak
Joyah : Mak tidak pernah menetapkan
tarif. Berape biaye yang diberikan, asal cukup
untuk ongkos transpor dan honor anak-anak Mak
terime je
Nadine : Mak boleh saye potret
sekejap ye. Kalau bisa Mak lagi latihan
bersama anak-
anak tuh
Mak Joyah segera bergabung dengan
anak-anak sanggarnya melanjutkan latihan joged dangkong. Sedang Nadine sibuk
mengambil gambar dengan berbagai pose.
Cut To
38
- EXT - Tempat-tempat Wisata - Pagi Hari
Cast
: Nadine dan Ramli
Keesokan harinya, Nadine dan Ramli
kembali mengunjungi sejumlah tempat-tempat wisata. Kali ini mereka berada di
kawasan Senggarang melihat kuil-kuil
yang berusia ratusan tahun, seperti Kelenteng Sun Te kong atau kuil dewa api,
kuil Marco atau dewa penguasa laut, kelenteng Tay Tikong atau kuil dewa bumi,
dan kelenteng beringin atau kuil Tien Shang Miao
Nadine : Kok sampai tumbuh akar
pohon beringin macam tu ye?
Ramli : Makanye kelenteng ini disebut
dengan kelenteng beringin. Kelenteng ini
diperkirakan sudah berumur 200 tahun. Dahulu
kelenteng ini merupakan sebuah
rumah tempat tinggal Kapitan. Beliau adalah seorang
penghulu di Desa
Senggarang ini. Setelah jabatannya berakhir,
rumah ini dijadikan tempat
beribadah masyarakat Cina yang tinggal di
Senggarang.
Cut To
39
- EXT - Kuil Seribu Patung - Siang Hari
Cast
: Nadine dan Ramli
Nadine asyik berfoto ria dengan
patung-patung yang terdapat di kuil seribu patung
Nadine : Ramli coba awak hitung
deh. cukup gak jumlah patungnye seribu...
Ramli : Ya mungkin lebih. Makenya name
vihara ini disebut dengan vihara seribu
patung. Padahal name sebenarnye adalah Vihara
Avalokitesvara Graha. Patung-
patung tersebut dibuat atas dasar inspirasi
terhadap kesucian arahat dalam
Buddhisme.
Nadine : Oh ye saye ingin berfoto
dengan patung yang itu. Tolong awak ambilkan ye? ini
buat kenang-kenangan saye di Belande nanti...
Ramli : Sudahlah Nadine. Sudah sangat
banyak awak berfoto same patung-patung tuh.
Sudah hampir jam tige nih...ayo kite balek...
Bukankah awak mesti bersiap-siap
untuk berangkat besok...
Nadine : Oh ye. Nanti kalau
pulang kite singgah di jembatan sungai Carang sekejap ye...
Cut To
40
- EXT - Jembatan Sungai Carang - Sore Hari
Cast
: Nadine dan Ramli
Nadine dan Ramli sedang duduk
berdua di atas motor. Mereka menikmati pemandangan alam di sekitar kawasan itu.
Nadine : Ramli, awak tau tak.
Entah kenape hati saye terase berat meninggalkan
Tanjungpinang
nih. Mungkin karena di sini adalah tempat kelahiran nenek
saye...
Ramli : Awak nanti balek ke sini lagi
tak?
Nadine : Insya Allah, akan saye
usahakan. Yang jelas saye akan menulis hasil penelitian
saye dan mempromosikan Tanjungpinang ni di
negeri Belande sane...Saya akan
selalu menulis surat untuk awak...
Ramli : Terimakasih Nadine. Saye tak
berharap banyak pade awak. Syukur awak masih
ingat dengan tukang ojek macam saye nih. Tapi
kalau awak datang ke sini lagi,
jangan lupe kabari saye ye. Saye akan carikan
pulau, untuk mahar awak..macam
kisah Engku Putri dengan Pulau Penyengat
itu..
Nadine : Eh Ramli. Ingat ye..saye
akan tagih janji awak tuh. Bile saye balek nanti
Cut To
41
- EXT - Bandara RAH - Pagi Hari
Cast
: Nadine, Ramli, Mak Joyah, Pak Daud, Cik Munah, Mak Piah dan Anak-anak sanggar
Ramli, Mak Joyah dan anak-anak
sanggar mengantar keberangkatan Nadine di bandara RAH. Mereka
bersalaman-salaman sambil berpelukan Sebelum masuk ke ruang tunggu, Nadine
berbisik kepada Ramli
Nadine : Ramli, jangan lupe janji
awak ye. Saya akan tagih nanti...
Ramli : Insya Allah, saye tak akan lupe
dengan janji saye tuh...
Orang-orang melambai mengiringi
kepergian Nadine
Cut To
42
- EXT - Rumah Mak Joyah - Siang Hari
Cast
: Ramli dan Mak Joyah
Beberapa bulan kemudian sejak
kepergian Nadine. Ramli datang tergopoh-gopoh ke rumah Mak Joyah. Ia
berteriak-teriak memanggil Mak Joyah
Ramli : Mak..Mak..sanggar kite diundang
ke Belande Mak
Mak Joyah segera keluar dari
rumahnya
Mak
Joyah : Oh engkau macam-macam saje.
Eh Ramli Belande tu jauh. Tak mungkin kite ke
sane. Berape ongkosnya ke sane?
Ramli : Benar Mak. Ini suratnya. Kite
disuruh dulu tampil di Kedutaan Besar
Belande di
Jakarta. Sekaligus mengurus visa kite di sane.
Mengenai ongkos ditanggung
sepenuhnye oleh pemerintah Kerajaan Belande
Mak
Joyah : Ah engkau yang benar saja
cakap tuh Ramli.
Ramli : Iye Mak..Ramli tak bohong.
Kalau Mak tak percaye..Mak bacelah suratnya ini.
Mak Joyah segera membaca surat yang
ada di tangan Ramli. Matanya berkaca-kaca, seakan tak percaya. Mak Joyah
langsung bersujud sebagai tanda syukurnya
Mak
Joyah : Subhanallah..Alhamdulilah..engkau
maha tahu ya Allah... Ramli, engkau
cepatlah kumpulkan anak-anak sanggar ni.
Kasih tau mereka bahwa kite dapat
undangan tampil di Belande.
Ramli : Ye Mak. Sore ini juga Ramli
akan kumpulkan mereka...
Cut To
43
- EXT - Bandara RAH - Pagi Hari
Cast
: Rombongan Sanggar Joged Dangkong
Rombongan sanggar joged dangkong
Mak Joyah hendak berangkat ke Jakarta, menuju kedutaan Belanda. Mereka diantar
oleh keluarganya masing-masing.
Mak
Piah : Ramli nanti kalau jumpe
dengan Nadine di Belande tolong sampaikan salam
Mak ye...
Ramli : Ye Mak. Nanti Ramli sampaikan.
Tapi Nadine itukan orang Belande Mak. Mak
katenye benci same orang Belande, kok
kirim-kirim salam segale...
Mak
Piah : Ah engkau nih. Itukan dulu.
Mak kan tak tau die tuh ternyata orang Melayu.
Bangse kite juge. Malahan kalau die mau, Mak
mau menjadikan die menantu...
The
End.......
Langganan:
Postingan (Atom)