Jika rindu, bacalah suratku
di dalamnya terselip setangkai melati
yang pernah tumbuh di laman hati kita
Jika rindu, balaslah suratku
walau tanpa kata sekalipun
karena aku sudah bisa membacanya....
Tanjungpinang, 13 November 2009
Senin, 16 November 2009
Selasa, 10 November 2009
Senja
Senja ini aku mencarimu
sampai ke barat, di garis langit
meninggalkan bayang bayang
mengejar cahayamu
Senja ini aku mencarimu
menunggu di persimpangan
saat terang dan gelap bersisian
mengapa rembulan kau sembunyikan?
Tanjungpinang, 8 November 2009
sampai ke barat, di garis langit
meninggalkan bayang bayang
mengejar cahayamu
Senja ini aku mencarimu
menunggu di persimpangan
saat terang dan gelap bersisian
mengapa rembulan kau sembunyikan?
Tanjungpinang, 8 November 2009
Linang Airmatamu
Di linang air matamu, kubasuh luka
Ditikam sepi terpaut desah dinihari
menunggu pusaran waktu terasa kian panjang
saat ratap dan tangis berderai di ujung pelaminan
Di linang airmatamu, kuhanyutkan kisah
tentang perih tertusuk mawar berduri
Tanjungpinang, 2 November 2009
Ditikam sepi terpaut desah dinihari
menunggu pusaran waktu terasa kian panjang
saat ratap dan tangis berderai di ujung pelaminan
Di linang airmatamu, kuhanyutkan kisah
tentang perih tertusuk mawar berduri
Tanjungpinang, 2 November 2009
Buah Hati
Bulan melingkar di matamu
dari jauh aku hanya termangu
menatap sebilah cahaya menikam gelap
Bersama sinarmu, bayanganku berlari
mengejar kanak-kanak bermain petak umpet
lalu sembunyi di bawah ranjang pelaminan kita
Perlahan kau berbisik, "Mereka buah hati kita"
Tanjungpinang, 2 November 2009
dari jauh aku hanya termangu
menatap sebilah cahaya menikam gelap
Bersama sinarmu, bayanganku berlari
mengejar kanak-kanak bermain petak umpet
lalu sembunyi di bawah ranjang pelaminan kita
Perlahan kau berbisik, "Mereka buah hati kita"
Tanjungpinang, 2 November 2009
Menangislah di Dadaku
Menangislah di dadaku
kau akan rasakan debar kerinduan
mengetuk pintu angin delapan penjuru
dan, menjadi embun di sudut hatimu
Tumpahkanlah airmatamu di dadaku
biar mengalir sampai ke lubuk hati
membasahi ranjang usang pelaminan kita
dan di linangnya, aku akan tenggelam
Tanjungpinang, 30 Oktober 2009
kau akan rasakan debar kerinduan
mengetuk pintu angin delapan penjuru
dan, menjadi embun di sudut hatimu
Tumpahkanlah airmatamu di dadaku
biar mengalir sampai ke lubuk hati
membasahi ranjang usang pelaminan kita
dan di linangnya, aku akan tenggelam
Tanjungpinang, 30 Oktober 2009
Segulung Rambutmu
Segulung rambutmu, telah mengikat jantungku
kesangsian apalagi yang tergerai di ujung sua kita
menyisir jarak dan waktu terasa kian panjang
ketika jalinan rasa gumpal menggumpal
mencari simpul di ruang hatimu
Segulung rambutmu, telah mengikat jantungku
maka biarkan aku memasang konde di sanggulmu
Tanjungpinang, 21 Oktober 2009
kesangsian apalagi yang tergerai di ujung sua kita
menyisir jarak dan waktu terasa kian panjang
ketika jalinan rasa gumpal menggumpal
mencari simpul di ruang hatimu
Segulung rambutmu, telah mengikat jantungku
maka biarkan aku memasang konde di sanggulmu
Tanjungpinang, 21 Oktober 2009
Kita Hamba Sahaya (Doa untuk Korban Gempa Sumbar)
Kita tak sanggup lagi mengartikan
ribuan jasad yang bergelimpangan
di bawah puing puing reruntuhan
Kita memang tak kuasa memaknai
ketika bumi berguncang
dan orang orang berlari ketakutan
Kita hanya bisa termangu
menyaksikan tanah minang rengkah
darah dan airmata berceceran
Kita hanya hamba sahaya
dan hanya bisa berdoa
Padang, 7 Oktober 2009
ribuan jasad yang bergelimpangan
di bawah puing puing reruntuhan
Kita memang tak kuasa memaknai
ketika bumi berguncang
dan orang orang berlari ketakutan
Kita hanya bisa termangu
menyaksikan tanah minang rengkah
darah dan airmata berceceran
Kita hanya hamba sahaya
dan hanya bisa berdoa
Padang, 7 Oktober 2009
Kudengar Rintih Itu
Sayup masih kudengar rintih itu
di bawah puing puing reruntuhan
kulihat tanganmu melambai lambai
seakan menyampaikan salam perpisahan
Sayup masih kudengar rintih itu
di antara timbunan tiang tiang beton
kulihat darah dan airmata berceceran
seakan melukiskan duka kita
Sayup masih kudengar rintih itu
sayang...aku hanya bisa berdoa
ketika suaramu tak lagi kudengar
Padang, 5 Oktober 2009
di bawah puing puing reruntuhan
kulihat tanganmu melambai lambai
seakan menyampaikan salam perpisahan
Sayup masih kudengar rintih itu
di antara timbunan tiang tiang beton
kulihat darah dan airmata berceceran
seakan melukiskan duka kita
Sayup masih kudengar rintih itu
sayang...aku hanya bisa berdoa
ketika suaramu tak lagi kudengar
Padang, 5 Oktober 2009
Aku Hanya
Aku hanya selintas bayang
menyelinap dalam mimpimu
Aku hanya sealun rentak
mengetuk dinding hatimu
Aku hanya segumpal harap
menunggu uluran kasihmu
Aku hanya sebait syair
mengungkap rasa rindu, hanya padamu
Tanjungpinang, 9 September 2009
menyelinap dalam mimpimu
Aku hanya sealun rentak
mengetuk dinding hatimu
Aku hanya segumpal harap
menunggu uluran kasihmu
Aku hanya sebait syair
mengungkap rasa rindu, hanya padamu
Tanjungpinang, 9 September 2009
Dalam Lelap Terjaga
Dalam lelap yang terjaga
Aku menjadi asing pada diri sendiri
bayangan tak lagi menyatu dengan raga
lalu sepi mengembara di cakrawala
dari jauh, aku lihat usungan keranda
mengantar jenazah ke liang tanah merah
dan di batu nisan tertulis namaku
sayang... aku tak bisa mengejanya
Tanjunginang, 8 September 2009
Aku menjadi asing pada diri sendiri
bayangan tak lagi menyatu dengan raga
lalu sepi mengembara di cakrawala
dari jauh, aku lihat usungan keranda
mengantar jenazah ke liang tanah merah
dan di batu nisan tertulis namaku
sayang... aku tak bisa mengejanya
Tanjunginang, 8 September 2009
Pusara Mimpi
Biarlah kupusarakan mimpi ini
karena bayangmu selalu berlari
hingga kenyataan terlalu sulit untuk dimaknai
Engkau mungkin tak akan mengerti
tentang perih tertusuk mawar berduri
menyayat sepi ditinggal desah dinihari
Biarlah kupusarakan mimpi ini
walau tak berbatu batu nisan sekalipun
Tanjungpinang, 8 September 2009
karena bayangmu selalu berlari
hingga kenyataan terlalu sulit untuk dimaknai
Engkau mungkin tak akan mengerti
tentang perih tertusuk mawar berduri
menyayat sepi ditinggal desah dinihari
Biarlah kupusarakan mimpi ini
walau tak berbatu batu nisan sekalipun
Tanjungpinang, 8 September 2009
Senggarang
Di balik bukit, laut terhampar
pelantar pelantar mencabar kerinduan
untuk sebuah kepergian
yang kau larungkan bersama gelombang
Di balik bukit, kelok berliku
janji janji tertanam sepanjang jalan
untuk sebuah kepulangan
yang kau teriakkan dari seberang lautan
Tanjungpinang, 7 September 2009
pelantar pelantar mencabar kerinduan
untuk sebuah kepergian
yang kau larungkan bersama gelombang
Di balik bukit, kelok berliku
janji janji tertanam sepanjang jalan
untuk sebuah kepulangan
yang kau teriakkan dari seberang lautan
Tanjungpinang, 7 September 2009
Langganan:
Postingan (Atom)