Halaman

Senin, 28 Januari 2008

Asal Bunyi




Suatu ketika saya kaget karena anak saya malas-malasan saat disuruh membaca buku pelajarannya. "Malas Pak. Hurufnya itu-itu aja. ABC sampai Z nggak nambah-nambah," celutuknya. Dalam hati saya, komentar dia itu benar juga. Emang dari dulu, sejak saya mulai pandai membaca hingga sekarang tak ada perubahan. Tapi saya sadar, rangkaian-rangkaian huruf-huruf tersebut yang menjadi kata sehingga memberikan ribuan makna dan pengertian kepada kita tentang hidup ini.

Apa jadinya jika tidak ada huruf sebagai sistem tanda yang kita gunakan dalam berbahasa? Rangkaian-rangkaian huruf tersebut yang kemudian kita simbolkan sebagai bunyi dalam berkomunikasi.

Tidak dapat kita pungkiri, bahasa merupakan sistem tanda dan sistem bunyi yang terstruktur yang digunakan oleh masyarakatnya. Sadar atau tidak, kita harus masuk ke dalam sistem tersebut. Jika tidak, maka akan terjadi hambatan komunikasi.

Pernah terpikir, mana yang lebih dulu ada apakah bunyi atau sistem tanda (huruf maksudnya). Sulit memang, ibarat menentukan mana yang lebih dulu ayam atau telur.

Tapi secara harfiah, manusia sejak lahir sudah dikarunia organ-organ yang menghasilkan bunyi atau suara. Lalu dengan demikian dapat disimpulkan tentunya yang lebih dulu hadir bunyi, baru kemudian menyusul sistem tanda bahasa tadi.

Lalu dari manakah asalnya bunyi? Secara alamiah, setiap benda yang bergeser atau berbenturan akan menimbulkan bunyi. Apakah juga demikian dengan suara yang dihasilkan manusia.

Menurut pakar linguistik, manusia mempunyai kemampuan untuk mengolah dan menghasilkan bunyi. Suara manusia terbentuk oleh udara yang bergeser atau berbenturan dengan alat artikulasi sehingga menciptakan bunyi yang terstruktur. Dari hasil penelitian pakar linguistik lagi, manusia mengenal huruf sejak zaman kerajaan Mesir sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Baru kemudian berkembang berbagai sistem tanda bahasa, seperti huruf Kanji yang digunakan dalam bahasa Cina, aksara Arab, dan Latin.




Minggu, 27 Januari 2008

Negeri Angin




Di negeri kami angin tak lagi berbisik
Menyampaikan kabar pada burung-burung
Tak ada lagi bual-bual di kedai kopi menghangatkan pagi

Di negeri kami angin tak lagi berhembus
Membelai kulit mengantarkan kantuk pada tidur
Mimpi-mimpi menjadi terbengkalai

Di negeri kami yang ada hanya angin-anginan
Mimpi tak kesampaian sehingga banyak yang buang angin dan masuk angin


Sabtu, 26 Januari 2008

KURENAH ANAK DAGANG

Naskah Drama
KURENAH ANAK DAGANG

Sejumlah pedagang berteriak-teriak menjajakan barangnya. Masing-masing berupaya menarik pembeli dengan berbagai sehingga suasana menjadi hiruk pikuk seperti suasana di stasiun atau pasar

Tokoh 1 : Yang haus…yang haus…bagi bapak-bapak, ibu-ibu, encik-encik, puan-puan, saudara-saudari yang merasa haus, jangan ragu, cukup lima ratus perak. Ini dia teh tarik, tinggal pilih panas atau dingin dahaga langsung hilang. Kebersihannya dijamin, sudah memiliki izin dari departemen kesehatan RI. Bapak, Ibu, tidak perlu bimbang. Minuman ini dijamin halal. Awas jangan sampai dehidrasi…berbahaya bagi kesehatan… jangan terlalu pelit….(disampaikan berulang-ulang)

Tokoh 2 : Jagung bakar, kacang rebus, otak-otak, nasi lemak, keripik pisang buat oleh-oleh, produk asli Tanjungpinang. Ayo Pak..Buk…oleh-oleh buat keluarga…..Jagung bakar…keripik pisang,….otak-otak, buat teman anda di perjalanan, lumayan buat kunyah-kunyah….daripada bengong…(disampaikan berulang-ulang)

Tokoh 3 : Koran..koran…Ini dia berita hangat. Tabrakan maut di simpang Pamedan. Kepala Sopir Angkot dan Tukang Ojek Pisah. Koran…koran…Tribun, Batam Pos, Sijori, Pos Metro…koran…koran… berita hangat…berita hangat….koran Pak… Buk …Membaca adalah gudang ilmu….ingat itu Pak…Buk…Jangan sampai ketinggalan informasi…dunia terus berpacu….koran…koran….(disampaikan berulang-ulang)

Tokoh 4 : Rokok…rokok…seleranya lelaki…Marlboro, Gudang Garam, Dji Sam Soe, Sampurna Mild…rokok..roko….(disampaikan berulang-ulang)

Tokoh 5 : Sayang anak..sayang anak… (sambil membawa balon dan mainan anak-anak) ayo Pak..Buk..duit dicari buat anak…sayang anak..sayang anak…

Secara perlahan-lahan, sejumlah pedagang menuju ke atas pentas sambil menyusun barang dagangannya. Sementara itu masih ada tiga pedagang yang masih asyik merayu calon pembeli.

Tokoh 6 : (Berdiri di depan dan berteriak dengan lantang) Halo Bapak-bapak-bapak, Ibu-ibu. Saya datang dari jauh membawa kabar gembira. Bagi anda yang sulit tidur, susah buang air, wasir, ambeien, gangguan pencernaan, darah tinggi, diabetes, tidak perlu ragu dan pusing lagi. Nih saya bawakan obatnya, asli produk luar negeri. Cukup minum tiga kali sehari dalam waktu seminggu dijamin sembuh. Jika tidak terbukti uang kembali. Soal harga jangan khawatir. Barang ini sebenarnya tidak saya jual. Saya hanya butuh ongkos menginap di hotel dan tiket kembali. Jadi bagi bapak-bapak atau ibu-ibu yang punya duit kecil Rp 50 ribu silakan ambil. Bagaimana Pak, Buk.. ada yang tertarik..jika tertarik kita bungkus…

Tokoh 7 : Selamat siang Bapak-bapak dan ibu-ibu. Jangan percaya sebelum ada bukti. Merek luar negeri bukan jaminan. Lebih baik gunakan produk dalam negeri, buatan asli leluhur kita yang diturunkan secara turun temurun. Dan jangan lupa, bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tidak berdampak kepada tubuh kita. Silakan dilihat dipegang jangan. Tidak ada tawar menawar.. harga pas.. Rp 20 ribu satu bungkus. Encok, pegal, linu, panu, kadas, kurap langsung hilang. Ayo cintailah produk dalam negeri…

Tokoh 8 : Asalamualaikum Pak, Buk, Adek, Kakak…Nyak, Babe, Ncik-ncik dan Puan-puan…Kalau ade sumur di ladang boleh kite menumpang mandi. Kalau ingin umurnya panjang, silakan belanja di sini. Yang jauh supaya mendekat, yang dekat agar merapat. Yang tinggi di belakang, yang pendek di depan. Mohon maaf, saye bukan ingin menakut-nakuti. Tapi kesehatan itu penting. Kesehatan itu mahal… tidak bisa dinilai dngan uang… Bapak-bapak dan ibu-ibu, saye ingin menunjukkan produk terbaru dan sudah teruji keampuhannya untuk membantu kesehatan anda. Cukup makan sekali sehari, tenaga anda akan berlipat, tiga kali tenaga kuda. Dengan obat ini energi dan vitalitas anda akan bertambah. Suami istri lengket seperti permen karet…Apa artinya duit banyak kalo kita loyo, tidak bertenaga. Makanya jangan pelit, segera buka dompetnya… cukup dengan seratus ribu per bungkus anda akan mendapatkan diri anda kembali.

Tiba-tiba terdengar bunyi pluit. Para pedagang panik dan berlarian sambil menyelamatkan barang dagangannya.

Tokoh 7 : Hah..ada razia..Ada Satpol…Satpol… penertiban
Tokoh 6 : Hoi.. ayo kabur..lari…lari ada penertiban..
Koor : Ada razia…ada penertiban…ada Satpol, Awas jangan sampai tertangkap…Barangnya jangan ketinggalan…Selamatkan barangnya..

Usai berlarian ke sana ke mari, para pedagang mendapatkan tempat perrsembunyian yang aman. Setelah situasi aman, satu per satu keluar dari tempat persembunyian.

Tokoh 8 : (sambil celingak-celinguk melihat situasi) sudah aman. Satpol sudah pergi…Uh…untung saja sempat lari….(sambil mengehembuskan nafas)

Tokoh 6 : Selalu saja begini…kenapa kita terus diburu…seolah tiada tempat bagi pedagang kecil untuk mencari nafkah di negeri ini.

Tokoh 7 : Betul..bukankah kita juga berhak mendapat penghidupan yang layak di negeri ini…

Tokoh 3 : Iya…sebagai warga kita juga ikut membangun di negeri ini

Tokoh 1 : Tapi kenapa kita diusir, diburu seperti penjahat saja…

Tokoh : Hei Bung kita ini orang kecil. Jangan berpikiran macam-macam. Yang penting bisa jualan saja sudah syukur. Kalau diusir kita pergi.. ntar jualan lagi. Gitu aja kok repot…

Tokoh 2 : Saudara-saudara situasi ini tidak bisa kita biarkan…Sebentar.. saya harus menghubungi komandan dulu (sambil mengutak atik handpone)….Halo komandan…selamat siang komandan. Kami mau tanya nih komandan, kenapa kami selalu diusir. Padahal setiap hari kami selalu bayar upeti….apakah masih kurang komandan

Pedagang yang lain mendekat. Mereka ingin mengetahui pembicaraan isi dengan lewat handphone itu

Tokoh 2 : Iya komandan, Jadi setoran itu hanya buat administrasi saja. Kalau kami ingin berjualan harus setor tiga kali lipat lagi. Baik komandan..baik komandan akan saya sampaikan kepada teman-teman…

Setelah menutup handphone, tokoh 2 menyampaikan hasil pembicaraan dengan komandan

Tokoh 2 : Jadi begini, kita bisa berjualan.. tapi harus setor tiga kali lipat. Nah bagi yang ingin jualan silakan setor ke saya…karena komandan telah memberikan mandatnya ke saya…

Masing-masing pedagang sambil menggerutu memberikan setoran kepada tokoh 2. Tapi ada yang menyelonong

Tokoh 2 : Eit jangan berjualan dulu sebelum setor. Ini perintah langsung dari komandan

Tokoh 4 : Gimana saya mau setor dagangan aja belum laku. Nantilah jika sudah ada yang terjual…

Tokoh 2 : Tidak bisa bung…Ini instruksi dari komandan…

Tokoh 4 : Iya saya bayar.. tapi saya mohon waktu hingga siang nanti…

Tokoh 2 : Oke… saya kasih waktu. Jika tidak bayar tidak boleh jualan lagi. Awas ..

Para pedagang mulai membentangkan dagangannya lagi. Sementara itu sebagian sudah mulai berteriak-teriak

Tokoh 5 : Halo Bapak-bapak, ibu-ibu, encik-encik, puan-puan, ini dia baju teluk belanga, asli dari India, ada juga baju gunting cina asli dari Tiongkok…harga murah… bisa ditawar… silakan lihat

Tokoh 3 : Saya hanya menawarkan buku kepada bapak-bapak dan ibui-ibu. Buku ini bukan sembarang buku. Buku ini dikarang dan diciptakan oleh nenek moyang kita agar kita terampil menggunakan bahasa. Di negeri kami setiap orang sangat pandai dan mahir bersilat lidah. Mereka mengungkapkannya lewat pantun. Nah..buku pantun ini tidak saya jual. Harganya sama dengan harga diri. Karena buku ini merupakan identitas kami. Tapi kalau Bapak-bapak dan ibu-ibu tertarik untuk mempelajarinya cukup ganti ongkos cetaknya saja, hanya seratus ribu rupiah. Bagi saya sudah menguasai buku ini, saya yakin anda bisa menjadi juru bicara, juru dakwah, juru penerang, pembaca acara, pembaca berita, orator, pokoknya segala bidang pekerjaan yang menggunakan lidah….ayo.. ada yang tertarik…

Tokoh 1 : Obral besar…obral besar, berita gembira buat bapak-bapak dan ibu-ibu. Dalam rangka cuci gudang, harga diskon sampai 110 persen. Jangan ragu dan bimbang… silakan pilih, lengan pendek Cuma limapulu ribu rupiah, lengan panjang…..(seorang mengambil pakaiannya) maling…….

Orang-orang berteriak maling sambil berupaya mengejar….

Tokoh 1 : Selalu saja begini. Tidak adakah kenyamanan bagi kita untuk mencari nafkah di negeri ini?

Tokoh 5 : Iya padahal kita sudah bayar upeti

Tokoh 6 : Hei Bung gimana ini, katanuya sudah ada garansi dari komandan

Tokoh 4 : Percuma saja kita bayar mahal, kalo begitu kembalikan uang saya

Tokoh 2 : Iya sebentar (gugup) saya akan telepon komandan. Halo komandan..lapor komandan. Kok masih banyak pencurinya di sini komandan. Apa komandan… setoran itu belum masuk biaya keamanan. Jadi kami harus tambah upeti lagi. Oke komandan..siap komandan…nanti saya sampaikan…

Sambil menutup telepon, tokoh 2 menyampaikan hasil pembicaraan dengan komandan

Tokoh 2 : Jadi komandan bilang, upeti itu belum termasuk biaya keamanan. Nah jika kita ingin aman harus tambah setoran lagi.

Tokoh 4 : Wah payah nih…sedikit-sedikit duit. Kalo gitu kapan kita akan untung…ini duit keluar lagi

Tokoh 8 : Iya duit kita abis buat setor ke komandan saja

Tiba-tiba telepon tokoh 2 berdering. Komandan menelpon lagi

Tokoh 2 : Selamat siang komandan…masih komandan. Oke komandan kalo begitu kami tidak berjualan dulu.

Usai mengakhiri pembicaraan di telepon, tokoh 2 menyampaikan kepada rekan-rekannya

Tokoh 2 : Perhatian semuanya. Tadi komandan baru saja menyampaikan bahwa kita tidak boleh berjualan dulu. Soalnya Menteri Perpasaran akan melakukan peninjauan di sini. Jadi kawasan ini harus rapi, bersih, tertib dan nyaman.

Tokoh 4 : Tapi setoran kita bagaimana, apakah dikembalikan lagi

Tokoh 3 : Iya kita kan sudah terlanjur bayar…

Tokoh 1 : Dan kenyataannya sekarang kita tidak bisa berjualan. Mestinya harus dikembalikan

Tokoh 2 bingung dan menelepon komandan lagi

Tokoh 2 : Selamat siang komandan. Isntruksi komandan sudah saya sampaikan. Tapi para pedagang meminta setorannya dikembalikan lagi. Apa komandan.. sudah masuk ke kas daerah? Jadi tidak bisa dikembalikan lagi. Oke komandan… siap komandan…

Tokoh 2 buru menutup telepon dan berbicara kepaa rekan-rekannya

Tokoh 2 : Kata komandan uang itu sudah masuk ke kas daerah. Jadi tidak bisa ditarik lagi. Tapi ia berjanji akan mencarikan solusinya. Yang penting kita jangan berjualan dulu. Daeraj ini harus bersih…

Tokoh 7 : Tapi tidak bisa begitu… kita kan belum sempat jualan

Tokoh 8 : Iya itu kan hak kita.. kembalikan dong…

Tokoh 1 : Kita harus bertindak… situasi ini tidak bisa kita biarkan

Tokoh 4 : Ini kesempatan kita menyampaikan aspirasi kepada Menteri Perpasaran, mumpung dia lagi meninjau ke sini

Tokoh 6 : Oke kalau begitu siapa yang akan bicara menyampaikan aspirasi kita
Tokoh 5 : Dia saja (sambil menunjuk tokoh 2) bukankah selama ini dia yang menjadi penghubung kita dengan komandan…

Tokoh 3 : Kalo begitu kita mesti latihan dulu. Ayo Bung coba pidatonya (sambil melihat ke arah tokoh 2). Semuanya ambil posisi penyambutan

Masing-masing pedagang mengambil posisi, sementara tokoh 2 berada di depan

Tokoh 2 : Selamat datang Bapak Menteri Perpasaran. Kami ini adalah kelompok pedagang kaki lima ingin menyampaikan aspirasi. Tapi sebelum saya menyampaikan aspirasi dari kawan-kawan ini, perkenankan terlebih dahulu saya menyampaikan maaf jika ada kata-kata saya tidak berkenan. Begini Bapak Menteri …(tokoh 2 kelihatan gugup)

Pedagang yang lain tak sabar menunggu, mereka kemudian protes

Tokoh 4 : Payah…masa menjadi pemimpin tidak becus. Menyampaikan aspirasi saja tidak berani…kenapa harus grogi dan gemetaran….

Tokoh 5 : Saya dari awal sudah tidak percaya. Dia ini tidak layak jadi pemimpin

Tokoh 8 : Kalo begitu kita ganti saja pemimpin

Kooor : Iya kita harus ganti pemimpin. Turunkan pemimpin yang tidak becus. Turunkan pemimpin yang tidak mampu menyampaikan aspirasi…..

Tokoh 3 : Sekarang sebaiknya kita melakukan pemilihan pemimpin lagi. Ayo siapa yang mau maju

Tokoh 6 : Tidak bisa begitu Bung. Memilih pemimpin itu harus ada sistem dan mekanismenya, kita mesti bentuk panitianya dulu.

Tokoh 7 : Wah kayak Pilkada aja. Gitu aja kok repot. Jumlah kita kan tidak terlalu banyak. Silakan musyawarahb saja. Kita tetapka tiga kandidat, silakan mereka sampaikan visi dan misinya

Koor : Setuju…

Para pedagang bisik-bisik hingga akhirnya tiga kandidat maju menyampaikan visi dan misinya, layak seperti kampanye

Tokoh 4 : Saudara-saudara pedagang kecil seperti kita ini merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Keuletan kita sudah teruji. Kita harus bersatu melawan penindasan terhadap kita. Mari kita bentuk wadah secara lebih professional. Nanti kita akan rancang proposal untuk menjalin kerjasama dengan pemerintah….Yakinlah program saya ini akan memajukan kita semua. Makanya jangan lupa pilih saya….

Tokoh 1 : Jika saya terpilih, maka saya akan bentuk koperasi buat pedagang kaki lima. Saya akan upayakan asuransi kesehatan bagi kita semua. Nanti kita akan upayakan uang jaminan hari tua buat pedagang kaki lima. Pilihlah saya… semua program yang rancang adalah buat kesejahteraan kita semua…

Tokoh 7 : Saya tidak akan berjanji muluk-muluk. Program pertama saya adalah mendata dan meregistrasi para pedagang kaki lima. Setelah itu saya akan bikinkan kartu anggota. Agar kita nyaman berjualan, para pedagang kaki lima harus mempunyai kostum yang seragam.

Para pedagang kaki lima kemudian secara bersama-sama memilih dan mengangkat tokoh 7

Koor : Hidup pedagang kaki lima… hidup pedagang kecil (mereka satu per satu menyalami tokoh 7)

Tokoh 7 : Saudara-saudara, terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Sebagai ketua yang baru, saya meminta kepada saudara untuk mengembalikan kartu yang lama. Kartu tersebt akan diganti dengan yang baru, untuk itu saudara-saudara saya mohon untuk membayar biaya administasinya

Koor : Huuu….

Tokoh 6 : Payah..baru terpilih langsung menyusahkan anggota

Tokoh 3 : Dia sama saja dengan pemimpin sebelumnya

Tokoh 8 : Ini namanya lepas dari mulut buaya kita masuk ke sarang harimau

Masing-masing pedagang menggerutu sehingga suasana hingar bingar

Tokoh 7 : Dengar dulu. Ini hanya untuk menertibkan administrasi kita saja. Lagi pula saudara kan telah mempercayakan kepada saya. Lagian kenapa tadi memilih saya?

Sambil Menggerutu pedagang menyrahkan kartu anggotanya dan menyerahkan uang administrasi. Tiba-tiba terdengar bunyi pluit. Para pedagang berlarian

Tokoh 7 : Jangan lari…tenang saja. Hei jangan lari saya jamin aman.. nanti kita akan berupaya bernegosiasi

Tokoh 5 : Hei Bung jangan Cuma omong saja, nanti kalau kita tertangkap gimana…

Tokoh 1 : Iya lagipula apakah ada jaminannya…


Tokoh 7 : Sudah saya katakana, kita akan berusaha bernegosiasi.. tidak perlu takut

Tokoh 4 : Nanti kalu kita ditangkap juga gimana?

Tokoh 7 : Kalau kita masih ditangkap kita akan demo, jangan ragu…

Tokoh 2 : Wah demo lebih parah lagi… kita bisa dituding macam-macam nanti

Tiba-tiba terdengar bunyi pluit lagi. Para pedagang cemas

Tokoh 7 : Nah itu mungkin Menteri Perpasaran datang. Ayo kita siap-siap. Ayo bentangkan spanduk

Setelah bersiap-siap Menteri Perpasaran tak kunjung datang

Tokoh 1 : Barangkali Pak Menteri tidak jadi ke sini

Tokoh 2 : Sabar …mungkin Pak Menteri sedang di perjalanan….

Tokoh 5 : Atau barang kali Pak Menteri sibuk banyak kegiatan sehingga tak sempat berkunjung ke sini

Tokoh 8 : Sia-sia usaha kita

Para pedagang akhirnya terduduk lelah menunggu Menteri perpasaran yang tak kunjung datang.

Kamis, 10 Januari 2008

Dongeng Kita


Masih terngiang di telinga, cerita dongeng yang disampaikan nenek atau ibu ketika saya masih kecil. Apalah artinya dongeng, karena sulit dibuktikan kebenarannya. Tapi cerita seperti Malin Kundang, Sangkuriang, dan yang lainnya, diwariskan secara turun temurun dan dipercayai oleh masyarakatnya.

Sadar atau tidak, dongeng tersebut hingga kini masih melekat di benak saya. Dongeng-dongeng pengantar tidur tersebut telah secara tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan kejiwaan saya. Begitulah kedahsyatan dongeng. Jangan sepelekan dongeng.

Kini saya rindu dengan dongeng. Tapi trend sudah berubah. Anak-anak kita sudah terlanjur akrab dengan sinetron, dora emon, sincan, kura-kura ninja. Istri-istri kita sudah terlalu sibuk dengan arisan, organisasi, kumpul sana-sini sehingga tak sempat lagi mendongengkan anak-anaknya.

Dongeng-dongeng kita kini hanya tinggal kenangan. Dongeng-dongeng kita sudah menjadi asing di negeri sendiri, tersingkir oleh arus globalisasi dan modernisasi

Selasa, 08 Januari 2008

Pertanyaan Anakku



Saya hanya bisa terpana tatkala anakku bertanya. "Bapak tidak shalat," demikian perkataan yang keluar dari mulut mungil itu. Namun pertanyaan itu begitu menyentak sanubari saya.


Ya..Allah, barangkali ini peringatan bagiku. Tiba-tiba bayangan dosa, ketakutan menghantui pikiranku. Astaghfirullah...ampuni hambamu yang telah lalai, melupakan kewajiban selama ini.
Bukalah pintu pengampunan Mu


Terima kasih anakku...
Engkau telah mengingatkan Bapakmu yang hina ini
Terimakasih ya Tuhan
Atas rahman dan rahim Mu....
Tunjukilah kami jalan yang lurus

Air Mata Mak

Mak menampi beras
Keringatnya bercucuran membasahi pagi
Mengalir ke lorong-lorong, jalan-jalan, perumahan-perumahan, terminal, pasar, hingga ke lubuk hati

Mak menanak nasi
Api di tungku menghangatkan pagi
Panasnya membakar dunia hingga air matanya menggelegak, kering, dan menguap

Air mata Mak adalah embun di pagi hari
Membasuh dosa anak-anaknya yang tertinggal semalam

Sabtu, 05 Januari 2008

Nyanyian Anak Negeri


Anak negeri kini gamang dilamun gelombang
Dimanakah Hang Tuah…
Masihkah menjadi penguasa di Selat Malaka
Ingin kudendangkan hikayat tentangmu
Tapi suaraku lenyap ditelan angin

Anak negeri semakin asing di negeri sendiri
Dimanakah Hang Jebat…
Masihkah setia pada raja
Ingin kuceritakan kisahmu
Tapi tiada yang peduli

Anak negeri mulai terseret arus zaman
Dimanakah raja dan datuk bendahara…
Masihkah bertitah pada rakyatnya
Ingin kulakonkan drama bangsawan
Tapi naskahnya entah di mana

Anak negeri kini asyik sendiri
Dimanakah Mak Lung, Mak Ngah dan Mak Ucu
Masihkah sibuk arisan dan menabuh kompang
Ingin aku berpantun
Tapi kata-kata telah kehilangan makna

Anak negeri telah terbuai mimpi
Dimanakah Pak Lung, Pak Ngah dan Pak Ucu
Masihkah menjaga marwah
Ah..biarlah kini kusampaikan tentang Dora Emon, Sincan, Kura Kura Ninja, Cinderella, Jomblo, Mr Bean, Ada Apa dengan Cinta dan Telenovela saja.