Halaman

Senin, 28 Januari 2008

Asal Bunyi




Suatu ketika saya kaget karena anak saya malas-malasan saat disuruh membaca buku pelajarannya. "Malas Pak. Hurufnya itu-itu aja. ABC sampai Z nggak nambah-nambah," celutuknya. Dalam hati saya, komentar dia itu benar juga. Emang dari dulu, sejak saya mulai pandai membaca hingga sekarang tak ada perubahan. Tapi saya sadar, rangkaian-rangkaian huruf-huruf tersebut yang menjadi kata sehingga memberikan ribuan makna dan pengertian kepada kita tentang hidup ini.

Apa jadinya jika tidak ada huruf sebagai sistem tanda yang kita gunakan dalam berbahasa? Rangkaian-rangkaian huruf tersebut yang kemudian kita simbolkan sebagai bunyi dalam berkomunikasi.

Tidak dapat kita pungkiri, bahasa merupakan sistem tanda dan sistem bunyi yang terstruktur yang digunakan oleh masyarakatnya. Sadar atau tidak, kita harus masuk ke dalam sistem tersebut. Jika tidak, maka akan terjadi hambatan komunikasi.

Pernah terpikir, mana yang lebih dulu ada apakah bunyi atau sistem tanda (huruf maksudnya). Sulit memang, ibarat menentukan mana yang lebih dulu ayam atau telur.

Tapi secara harfiah, manusia sejak lahir sudah dikarunia organ-organ yang menghasilkan bunyi atau suara. Lalu dengan demikian dapat disimpulkan tentunya yang lebih dulu hadir bunyi, baru kemudian menyusul sistem tanda bahasa tadi.

Lalu dari manakah asalnya bunyi? Secara alamiah, setiap benda yang bergeser atau berbenturan akan menimbulkan bunyi. Apakah juga demikian dengan suara yang dihasilkan manusia.

Menurut pakar linguistik, manusia mempunyai kemampuan untuk mengolah dan menghasilkan bunyi. Suara manusia terbentuk oleh udara yang bergeser atau berbenturan dengan alat artikulasi sehingga menciptakan bunyi yang terstruktur. Dari hasil penelitian pakar linguistik lagi, manusia mengenal huruf sejak zaman kerajaan Mesir sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Baru kemudian berkembang berbagai sistem tanda bahasa, seperti huruf Kanji yang digunakan dalam bahasa Cina, aksara Arab, dan Latin.




Tidak ada komentar: